Suara Karya

Sekolah Cendekia Harapan Bali Gelar Penelitian Berbasis Lingkungan

JAKARTA (Suara Karya): Sekolah Cendekia Harapan Bali sejak dini mengajak siswanya untuk peduli terhadap lingkungan. Kepedulian itu lalu diwujudkan dalam sejumlah penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Teknologi itu kan tidak harus fancy dan berbiaya mahal. Karena sejatinya, penelitian itu untuk mengatasi masalah yang ada di sekelilingnya,” kata Kepala Sekolah Cendekia Harapan Bali, Lidia Sandra disela Pameran Indonesia Science Day di Pusat Peraga (PP) Iptek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada Minggu (28/4/2019).

Pada kesempatan itu, Sekolah Cendekia Harapan Bali memamerkan sejumlah penelitian berbasis lingkungan. Disebutkan, antara lain, Tirta Amerta yang bisa mengubah pangkat hidrogen (ph) air menjadi 7 atau normal. Tingkat ph yang rendah akan mempengaruhi kesehatan seseorang.

“Selain Tirta Amerta, ada juga penelitian siswa yang disebut Melali, Zero Wasta Management dan Space Saving Design Product yang mengusung ide besar untuk membantu memperbaiki krisis air di Tanah Air,” ujarnya.

Sekolah Cendekia Harapan merupakan satu-satunya wakil dari Provinsi Bali. Meski memiliki banyak siswa asing, Cendekia Harapan menanamkan kecintaan pada siswanya untuk peduli terhadap lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya saat ini, Indonesia.

“Kami senang karena para siswa tertarik untuk membuat penelitian berbasis lingkungan. Hasil penelitiannya kami apresiasi lewat pameran di sejumlah kegiatan, termasuk di Jakarta saat ini,” tuturnya.

Dijelaskan, penelitian Tirta Amerta awalnya dicetuskan Sheena Abigail (16) dan Timothy Dillan (13) atas dasar keprihatinan terhadap kondisi sungai di Indonesia yang mulai kelihatan memudar kejernihannya. Bahkan, Tirta Amerta sedang diusulkan sebagai proyek nasional untuk peningkatan kualitas mutu air.

“Lewat alat yang disebut Tirta Amerta, kita tahu kadar ph air di masing-masing tempat. Alat tersebut juga bisa menaikkan pihak air menjadi normal atau ph 7,” ujarnya.

Penelitian lainnya adalah pembuatan gigi palsu (green teeth), keramik yang dapat bersinar dalam gelap dan silika gel untuk pengganti freon AC. Produk tersebut menggunakan sisa abu dari jerami bernama liligundi.

Menurut Tenriola (13), sisa abu daun liligundi itu kemudoan dicampur dengan bahan kimia NaOH atau Natrium Hidroksida, sehingga menghasilkan silika berwarna putih yang bisa dimanfaatkan untuk gigi palsu, silika gel atau keramik yang dapat bersinar dalam gelap.

Inovasi lainnya berupa sabun cuci tangan dari minyak jelantah buangan dari pedagang gorengan. Sebagai pewangi, siswa menggunakan sari dari bunga kenanga, kamboja dan kulit buah jeruk.

Masih ada penelitian lainnya berupa prototipe kapal autopilot, dodol jahe, wedang dan coklat rempah, serta desain produk jas hujan yang melekat pada topi. Pengemudinya tak perlu turun dari motor, jika tiba-tiba hujan. Cukup membuka belakang topi, maka jas hujan langsung membungkus tubuhnya. (Tri Wahyuni)

Related posts