JAKARTA (Suara Karya): Organisasi nirlaba Garuda Hacks sukses menggelar hackathon atau kompetisi pemprograman (coding) yang berlangsung hingga 36 jam nonstop, di kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong, Kota Tangerang Selatan, pada akhir pekan lalu.
Perhelatan bertajuk Garuda Hacks 5.0 itu mampu menarik minat 550 anak muda berbakat di Indonesia, baik dari dalam maupun luar negeri. Mereka ditantang membuat aplikasi di internet yang bermanfaat untuk masyarakat.
“Kompetisi ini terbuka untuk umum, tanpa batasan umur atau pendidikan. Meski demikian, hampir 50 persen sedang menjalani program S1, 35 persen siswa SMP dan SMA, dan 15 persen sudah bekerja,” kata Pendiri dan Direktur Pelaksana Garuda Hacks 5.0, Rafael Brian Sumali, di Jakarta, Sabtu (20/7/24).
Brian dalam kesempatan itu didampingi jajarannya dari Tech & Hack Co-Director, yaitu Adrien Adhi Kusuma dan Brandon Gabriel Jonathan; Partnerships Co-Director, Cornelia Elberta Gautama; Logistics Co-Director, Dominic Moreno Kartadjoemena.
Selain itu ada Jonathan Cornelius Lai, Jonathan Hendraja, dan Rachel Melbournia Tjie (Logistics member); Ralph Benedict Soemali (Logistics and Marketing member); dan Nathan Arya Kusuma dan Angel Anlee (Tech & Hack member).
Brian menjelaskan, Garuda Hacks dirintis sejak 5 tahun lalu. Karena pandemi, kompetisi diselenggarakan secara online selama 3 tahun berturut-turut. “Baru pada 2023 dan 2024 digelar secara offline. Pertama di kampus Universitas Tarumanegara, lalu kedua di UMN,” ujarnya.
Garuda Hacks dibuat karena terdorong oleh pengalaman Brian dan teman-temannya pernah mengikuti hackathon saat masih kuliah di Amerika. “Setelah itu, kepikiran untuk membuat kompetisi serupa di Indonesia. Kami mulai secara online, yang ternyata juga menarik orang asing,” ujarnya.
Sekadar informasi, hackathon adalah istilah yang kian populer di kalangan orang-orang yang berminat membangun startup, satu usaha yang berkaitan dengan teknologi informasi (TI).
Sukses 3 tahun berturut-turut menggelar hackathon secara online, Brian menambahkan, Garuda Hacks memutuskan kompetisi dibuat offline (tatap muka). Peserta saat itu mencapai lebih dari 300 orang.
“Ada beberapa orang asing yang mendaftar, namun batal hadir jelang acara. Kami senang melihat antusias peserta,” ujar Brian seraya menyebut kompetisi tersebut berhadiah uang tunai hingga Rp100 juta.
Karena itu, lanjut Brian, Garuda Hacks semangat untuk menggelar kompetisi serupa pada 2024. Pendaftar membludak hingga 550 orang. Karena keterbatasan tempat, peserta diseleksi hingga menjadi 360 peserta yang terbagi dalam 105 tim.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Brian menambahkan, juri berasal dari 10 negara berbeda. Kehadiran mereka untuk memberi perspektif global tentang solusi inovatif dari aplikasi yang dibuat peserta.
“Kami juga mengundang beberapa perusahaan modal ventura, yang bicara peluang bisnis serta kemungkinan kerja sama. Kami tidak terlibat dalam rencana bisnis itu. Karena hasil kompetisi sepenuhnya milik pembuat,” ucap Brian menegaskan.
Garuda Hacks 5.0 menawarkan 2 tema besar, yaitu ‘stronger together’ dan ‘helping hands’ yang diharapkan memberi solusi inovatif ke masyarakat.
Salah satu karya peserta bernama ‘Jalan Kami’, sebuah aplikasi yang memberi informasi ke penggunanya tentang jalan di daerah mana saja di Jakarta yang bisa dilalui pejalan kaki. “Informasi ini penting bagi pejalan kaki agar tidak salah jalan,” ujarnya.
Brian menambahkan, Garuda Hacks akan menjadi agenda tahunan. Karena disadari karir di bidang kewirausahaan dan ilmu komputer yang didorong melalui Garuda Hacks akan membuat perubahan besar bagi Indonesia. (Tri Wahyuni)