Suara Karya

Dukung Budaya Tradisional di Malang, PT Ekamas Fortuna Bantu Sanggar Murtitomo

JAKARTA (Suara Karya): Guna mendukung budaya tradisional di Malang, PT Ekamas Fortuna memasukkan Sanggar Murtitomo sebagai bagian dari program CSR (corporate social responsibility) perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Malang tersebut.

Head of General Services PT Ekamas Fortuna, Yohanes Repelitanto berharap, dana CSR itu diberikan agar proses belajar mengajar tari di sanggar tersebut akan terus berlanjut.

“Kami senang dapat mendukung Sanggar Murtitomo. Hal itu sejalan dengan komitmen perusahaan untuk berkontribusi positif bagi komunitas lokal,” ujarnya.

Yohanes menambahkan, pihaknya ingin terus melihat semangat Wahid dalam mengembangkan seni budaya Malang, baik berupa topeng maupun tari.

“Kami ingin menjadi bagian dari perjalanan Sanggar Murtitomo yang penuh inspiratif ini,” ucapnya.

Sanggar Murtitomo berlokasi di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Sanggar tersebut memproduksi berbagai properti seni tradisional seperti topeng, reog, bantengan, barongan, dan jaranan.

Keberadaan Sanggar Murtitomo tak lepas dari nama besar Wahid, keturunan seniman ludruk, yang memiliki kecintaan terhadap seni sejak kecil.

“Bapak saya seorang seniman ludruk, karena itu saya lekat dengan budaya ini. Hal itu pula yang mendasari saya untuk melanjutkan warisan seni budaya ini,” tutur Wahid.

Karya topeng Wahid tak hanya dikenal di kalangan penikmat budaya di Tanah Air, tapi hingga penjuru dunia. Tak sedikit mereka datang dari Amerika, Singapura, dan Australia datang untuk membeli karya seni dari Sanggar Murtitomo, tetapi ikut melihat proses pembuatannya.

“Semoga saya bisa terus berpartisipasi dalam melestarikan dan mengembangkan seni serta budaya lokal yang semakin terpinggirkan oleh modernisasi,” ujar Wahid.

Melihat kondisi seni tradisional yang makin menurun, Wahid lalu mendirikan Sanggar Murtitomo untuk memberi tempat kepada generasi muda untuk belajar dan berkreasi.

Kesempatan belajar juga terbuka bagi anak-anak yang kurang beruntung secara ekonomi, dan mereka yang bermasalah dengan hukum. Pelatihan keterampilan diberikan dengan harapan mereka dapat hidup lebih baik.

“Lewat pelatihan ini, anak-anak tak saja dapat keterampilan baru, tetapi juga kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih cemerlang,” ucap Wahid.

Ia juga mengajarkan seni tari kepada anak-anak dan pemuda di sanggar. Lewat seni tari, diharapkan generasi muda bisa lebih mencintai dan menghargai budaya Indonesia.

Sanggar Murtitomo membuat beragam produk seni dengan harga yang bervariasi, mulai dari topeng seharga Rp250 ribu hingga barongan seharga Rp2 juta.

Wahid juga memastikan anak-anak di sanggar mendapat keterampilan yang beragam dan terus berkembang. Dalam membuat topeng, Sanggar Murtitomo menggunakan sumber daya lokal dan limbah untuk bahan baku, seperti kayu sengon dan kayu dadap cangkering.

“Pendekatan ini untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan memberdayakan komunitas lokal,” katanya.

Wahid memiliki visi besar untuk Sanggar Murtitomo. Ia ingin mendirikan lembaga pendidikan formal untuk anak-anak seniman agar mendapat pendidikan yang layak.

“Banyak anak-anak seniman yang pendidikannya terbengkalai. Kami harap ada lembaga pendidikan formal untuk menampung mereka,” ujarnya.

Selain membantu dalam bentuk fasilitas, PT Ekamas Fortuna juga kerap mengajak Sanggar Murtitomo untuk tampil di berbagai acara. Hal itu sekaligus mengapresiasi seni budaya lokal ke masyarakat secara lebih luas. (Tri Wahyuni)

Related posts