JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengajak 1320 seniman dan sastrawan lokal untuk mengajar. Hal itu dilakukan guna menutupi kekurangan guru kesenian di sekolah.
“Kesenian juga sama pentingnya seperti mata pelajaran lain. Bagaimana mengasah estetika, kinestetika dan etika siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” kata Dirjen Kebudayaan, Kemdikbud, Hilmar Farid usai membuka acara Gerakan Seniman Masuk Sekolah, di Jakarta, Kamis (26/7) malam.
Hilmar menjelaskan, sekolah saat ini tengah mengalami “krisis” guru bidang seni. Dampaknya, kesenian tak berkembang di sekolah secara optimal. “Kondisi ini tak boleh dibiarkan terlalu lama, agar jiwa siswa kita tak “kering”. Upaya ini sekaligus menjadi penguatan pendidikan karakter,” ujarnya.
Meski demikian, Hilmar menegaskan, urgensi gerakan seniman masuk sekolah tak sekedar menjadikan siswa sebagai seniman pada akhirnya. Gerakan itu guna mengasah siswa agar bisa berekspresi dengan bahasa seni.
“Siswa yang tertarik dengan seni dapat berinteraksi langsung dengan seniman. Mereka bisa membahas kegiatan yang bersifat artistik untuk tampil di sekolah,” kata Hilmar yang didampingi Direktur Kesenian Kemdikbud Restu Gunawan.
Hilmar yang juga Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia itu menekankan pendidikan bagi anak tidak melulu pedagogik seperti sains, matematika, dan teknologi tetapi juga meliputi olahraga dan kreativitas yang bisa diterapkan melalui kesenian.
Karena itu, ia mengimbau pada orangtua agar tak memaksakan kesukaan akan ilmu eksakta pada anak. Karena kecerdasan itu mencakup berbagai hal, termasuk berkesenian dan olahraga.
Hal senada disampaikan Direktur Kesenian Restu Gunawan. Program seniman masuk sekolah dilakukan sebanyak 27 pertemuan. Hasil akhirnya siswa memahami soal kesenian dan dapat membuat kegiatan seni yang diminati.
“Sekolah mengajukan proposal kesenian apa yang ingin didalami oleh siswanya. Setelah itu kami carikan senimannya lewat komunitas yang ada di wilayah itu. Sehingga lebih penyelenggaraannya efektif dan efisien,” kata Restu.
Ditanyakan kegiatan menyasar pada jenjang pendidikan tertentu, Restu mengatakan, program menyentuh pada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Semua itu tergantung proposal yang diajukan ke Kemdikbud.
“Bidang seni pilihannya pun macam-macam, tak menjurus pada bidang tertentu. Tergantung sekolah ingin melakukan apa,” ujar Restu seraya menambahkan program itu dibuat di 28 provinsi se -Indonesia. (Tri Wahyuni)