JAKARTA (Suara Karya): Pengembangan wisata petualangan maupun ekowisata terus dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizki Handayani Mustafa saat acara berbuka puasa sekaligus sosialisasi struktur organisasi dengan Forum Wartawan Pariwisata di Jakarta, Rabu (23/5).
Dia menjelaskan, saat ini upaya pengembangan wisata petualangan dan ekowisata lebih difokuskan pada permasalahan regulasi. Sebab, tidak dipungkiri sampai kini persoalan perizinan pun masih kerap ditemukan, misalnya menyangkut pengembangan wisata pada taman nasional.
“Ada banyak isu di taman nasional, mulai terkait dengan perizinan, lalu pemanfaatannya karena ada zona-zona. Sebenarnya untuk kegiatan wisatanya, kita ingin mengembangkan ekowisata ini. Ada tim percepatan yang memang telah dibentuk untuk bertugas menangani hal ini,” ujarnya.
Rizki mengungkapkan, tidak hanya mengembangkan wisata petualangan maupun ekowisata tetapi Kemenpar pun hingga kini juga memberikan perhatian terhadap potensi dari wisata kuliner maupun wisata tematik, salah satunya Pasar Papringan di Temanggung, Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Vita Datau Mesakh selaku Ketua Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar dan Fransisca Callista yang merupakan Project Manager Pasar Papringan.
Sebagaimana diungkapkan Vita, Indonesia memiliki keragaman kuliner yang dapat dikembangkan. “Kita punya potensi yang besar tapi kita belum punya mapping yang dilakukan kementerian-kementerian. Pengembangan ini harus dilakukan lintas kementerian,” tuturnya.
Dia mencontohkan sebagaimana yang dilakukan Thailand untuk mengembangkan potensi kulinernya dengan menerapkan kebijakan berupa program pemberian pinjaman lunak bagi siapapun yang ingin mendirikan restoran yang menyajikan kuliner khas Thailand.
Vita Datau menuturkan, potensi kuliner Indonesia amatlah kaya untuk dikembangkan karena terdapat ribuan resep kuliner khas Nusantara, namun sangat disayangkan sampai sekarang masih kurang dimaksimalkan untuk pariwisata.
Berbeda dengan wisata tematik yang dikembangkan melalui keberadaan Pasar Papringan. Dijelaskan Fransisca, pasar yang menerapkan konsep konservasi karena ramah lingkungan dan zero plastic ini tidak hanya mampu menjadi “magnet” untuk menarik kunjungan wisatawan tetapi juga memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat setempat. (Tri Handayani)