Suara Karya

Keren, Inisiasi Garudafood Kelola Sampah Organik Hasilkan 787 Kg Maggot!

JAKARTA (Suara Karya): Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) bekerja sama PT Biomagg Sinergi Internasional (Biomagg) menginisiasi pengelolaan sampah organik di Kelurahan Jatijajar, Kota Depok, Jawa Barat.

Pengelolaan sampah yang telah berjalan selama 4 bulan itu menggunakan metode biokonversi maggot BSF (black soldier fly). Kegiatan yang melibatkan lebih dari 60 warga itu dapat dukungan Lurah Jatijajar, Mujahidin saat ‘kick off program’ pada Februari 2024.

Head of Corporate Communication & External Relations Garudafood, Dian Astriana saat melihat dari dekat pelaksanaan program, Selasa (25/6/24) menjelaskan, program pengelolaan limbah organik rumah tangga lewat metode biokonversi maggot BSF menunjukkan hasil yang luar biasa.

Program tersebut berhasil mengolah lebih dari 7,9 ton sampah organik rumah tangga, serta menghasilkan 787 kilogram maggot. Angka itu setara dengan reduksi emisi gas rumah kaca sebanyak 28,84 ton karbon dioksida ekuivalen.

“Program yang diusung Garudafood ini merupakan upaya kolektif untuk menjawab isu penanganan sampah rumah. Program itu juga menjadi pendorong ekonomi berkelanjutan di lingkungan warga Jatijajar,” ucap Dian.

Sebagai penggagas program, Garudafood menyiapkan fasilitas berupa unit Biobox sebagai media budi daya maggot, bibit maggot, dan pendampingan intensif selama 4 bulan, hingga warga menjadi mandiri untuk menjalankan budi daya maggot.

Mengutip data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok pada 2023, setidaknya ada 900 hingga 1.000 ton sampah dikirim ke TPA Cipayung, Kota Depok setiap harinya. Sampah terbesar dari rumah tangga yang didominasi jenis sampah organik atau sisa makanan.

Sementara maggot adalah larva lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF). Ukurannya antara 0,3 cm hingga 1,5 cm. Maggot atau larva BSF tidak menularkan patogen ke manusia.

Lalat tersebut diketahui memiliki nafsu makan yang tinggi, sehingga bisa makan dua kali lebih banyak dari berat badannya per hari.

Karena itu, menurut Dian Astriana, budi daya maggot bisa menjadi solusi efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga, yang juga bernilai ekonomis.

Beberapa penelitian menunjukkan, maggot mampu mengurai sampah organik dalam waktu 2 minggu hingga 20 hari. Sehingga tumpukan sampah bisa diurai dengan cepat.

Dari sisi ekonomi, hasil budi daya maggot bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, pupuk kasgot untuk perkebunan, lilin aromaterapi (berbahan dasar minyak maggot), dan maggot kering untuk pakan ikan hias.

Hal senada dikemukakan CEO Biomagg, Aminudi Amin. Katanya, inisiasi program itu menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menambah pendapatan keluarga.

“Program ini layak untuk diduplikasi dan ditiru oleh semua pihak,” ucap Aminudi.

Salah satu peserta program, yang juga ketua RT setempat, Siti Aisyah, mengapresiasi program budi daya maggot yang baru pertama kali ada lingkungannya.

Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan dan dukungan teknis dari Biomagg dan Garudafood yang ternyata sangat praktis dilakukan dari rumah.

“Budi daya maggot semakin populer. Kami pun merasakan manfaat, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi,” ucapnya.

Sebagai bagian dari CSR berkelanjutan Garudafood, Program Pengelolaan Limbah Organik Rumah Tangga melalui Metode Biokonversi Maggot BSF merupakan bagian dari komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) yang berfokus pada poin 11 tentang Kota dan Permukiman Berkelanjutan dengan meningkatkan pengelolaan limbah di perkotaan.

Upaya itu juga masuk dalam SDG poin 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dengan mengurangi limbah organik rumah tangga dan memanfaatkan kembali.

Termasuk SDG poin 8 tentang Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan. Bagaimana menciptakan peluang penghasilan tambahan melalui manajemen limbah dan budi daya maggot yang berpotensi menguatkan ekonomi lokal di lingkungan warga Jatijajar.

Melalui budi daya maggot, setidaknya warga itu sendiri telah membantu mengurangi volume sampah yang biasanya berakhir di TPA.

Sejak 2021 hingga Juni 2024, Garudafood telah mengolah dan mencegah timbulan sampah organik berakhir di TPA sebesar 33,49 ton sampah, dan menghasilkan lebih dari 7,5 ton maggot BSF yang bernilai ekonomis.

Dan yang tak kalah penting, upaya itu telah mengedukasi lebih dari 60 kepala keluarga. Dari upaya ini, Garudafood berhasil mencegah terbentuknya emisi gas rumah kaca setara dengan 122,24 ton karbon dioksida ekuivalen. (Tri Wahyuni)

Related posts