SANAA (Suara Karya): Anggota sayap politik pemberontak Houthi di Yaman pada Sabtu (4/8) mengatakan pemberontak bersedia menghadiri perundingan yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meski mereka tidak terlalu mengharapkan hasil positif dari pertemuan itu.
Salim Meghles mengatakan bahwa sayap politik Ansarullah “tidak menentang konsultasi” yang ditujukan untuk “mencapai kerangka umum negosiasi.”
“Kami tidak menentang kunjungan ke negara mana pun yang netral untuk turut serta dalam konsultasi tersebut,” katanya kepada AFP.
Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, pada Kamis mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa PBB akan mengundang pihak yang berperang di Yaman untuk terlibat dalam perundingan di Jenewa pada 6 September guna mendiskusikan kerangka kerja bagi negosiasi damai.
Meghles meragukan hasil pertemuan yang direncanakan itu, mengatakan bahwa dia tidak mendeteksi “sikap serius atau nyata dari para penyerang untuk mencapai solusi politik.”
Dia merujuk pada sikap koalisi pimpinan Arab Saudi yang mengintervensi Yaman sejak 2015 untuk memulihkan kekuasaan pemerintah yang diakui secara internasional, yang diusir dari ibu kota Sanaa oleh pemberontak.
Seorang pejabat pemerintah pada Jumat menyatakan pemerintah yang didukung Saudi siap menghadiri perundingan di Jenewa.
Perang di negara miskin itu telah menewaskan hampir 10.000 orang dan memunculkan apan yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk. (Ardiansyah)