JAKARTA (Suara Karya): Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengimbau para calon kepala daerah yang bertarung dalam Pilkada Serentak 2018 bisa memberikan contoh yang baik dalam menyikapi hasil pilkada.
“Indonesia butuh pemimpin dan elit politik yang bisa berbesar hati agar keributan dalam pemilihan ini dapat dihindari,” kata Zuhro dikutip dari siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/6).
Dikatakannya, setiap calon pemimpin pasti memiliki massa atau pengikut. Kalau antarkelompok ini bertemu dapat berpotensi menghasilkan kerusuhan apabila salah satu dari mereka ada yang tidak lapang dada dalam menerima kekalahan.
Apalagi, saat ini politik adu domba melalui hoaks dan ujaran kebencian begitu mudah terjadi, terutama melalui media sosial. Kondisi ini pun bisa dimanfaatkan kelompok-kelompok radikal yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Siti Zuhro mengatakan tingkat kecerdasan para elit politik dan para kontestan akan menjadi kunci untuk membangun tingkat kecerdasan masyarakat dalam berpartisipasi dalam Pilkada.
Rasa ketidakpuasan dan ekspresi kekecewaan masyarakat dalam menyikapi hasil pemilihan harus mampu dikelola secara positif agar tidak menjurus pada konflik horisontal yang meluas, katanya.
“Ekspresi kekecewaan ini menurut saya bukan semua dari masyarakat, tapi rasa ketidakpuasan para calon yang tidak bisa berlapang dada menerima kekalahan dan akhirnya membawa massanya untuk berdemo,” kata Zuhro.
Menurut dia, nilai dari pilkada selain menghasilkan pemimpin yang berkualitas, juga bagaimana mewujudkan pilkada yang damai, masyarakatnya menjadi pemilih yang rasional dan cerdas, serta minim sengketa.
“Perlu disadari semakin minim sengketa atau bahkan keributan itu menunjukkan kematangan masyarakat dalam berpolitik,” kata Zuhro. (Agus)