Suara Karya

Antisipasi Krisis Pangan Dunia, Integrasi Sistem Harus Diperkuat!

Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang. (Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Kalangan industri mengingatkan pemerintah untuk melakukan integrasi sistem pangan, sebagai antisipasi menghadapi krisis pangan dunia. Hal itu penting, karena negara harus dapat memberi jaminan atas pasokan maupun akses terhadap pangan di masa depan.

“Membangun sistem pangan berkelanjutan harus menjadi salah satu prioritas kita,” kata Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang dalam webinar bertajuk “Covid-19 dan Sistem Pangan Berkelanjutan: Dampak, Tantangan bagi Industri Pangan” yang digelar secara virtual, Rabu (21/10/20).

Pria yang akrab dipanggil Franky itu mengutip pernyataan Badan Pangan dan Pertanian Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) tentang potensi krisis pangan dunia akibat pandemi covid-19 dan perubahan iklim global. Lantaran penanganan pandemi oleh banyak negara dilakukan dengan cara membatasi aktivitas masyarakatnya.

“Kondisi itu menganggu rantai pasokan pangan, akibat kekurangan tenaga kerja untuk memproduksi dan memproses pangan,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Franky, petani juga kesulitan akses untuk ke pasar akibat pembatasan transportasi serta berkurangnya pasokan komoditas yang mudah rusak. Semua itu menimbulkan terlalu banyak ‘food loss’.

“Untuk itu, setiap negara dituntut untuk menjaga pasokan pangannya, sekaligus menangani wabah virus corona di negara masing-masing,” ujarnya.

Franky menegaskan, membangun sistem pangan berkelanjutan harus menjadi prioritas bersama. Bukan hanya sebagai langkah antisipasi krisis pangan akibat pandemi, tetapi juga upaya memberi jaminan pasokan maupun akses pangan bagi bangsa di masa depan.

“Perlu pendekatan holistik, dukungan dan sinergi dari semua stakeholder agar Indonesia bisa terhindar dari krisis pangan,” kata Franky dalam paparannya berjudul “Praktek Baik Industri Pangan dalam Mendukung Ketahanan Pangan
dan Gizi Masyarakat Serta Kemandirian Ekonomi”.

Ia menekankan pentingnya integrasi dalam sistem pangan mulai dari produksi pangan, pengolahan pangan baik di industri besar maupun kecil hingga masyarakat dapat mengakses pangan tersebut.

“Dalam menghasilkan sebuah produk, bibit yang baik dan bersertifikasi sangatlah penting. Bagi kami, bibit yang baik akan meningkatkan produktivitas. Apalagi jika dikombinasikan dengan Good Agriculture Practices,” ucapnya.

Untuk mengatasi malnutrisi, menurut Franky, industri bisa melakukan fortifikasi pangan. Beberapa produk Indofood telah difortifikasi seperti fortifikasi Iodium pada garam, zat besi dan asam folat untuk tepung terigu Bogasari dan vitamin A pada minyak goreng Bimoli.

“Langkah ini kami lakukan sebagai kontribusi dalam perbaikan gizi bangsa, selain mengedukasi masyarakat tentang gizi seimbang,” ujarnya.

Ditambahkan, kondisi pandemi covid-19 juga mempengaruhi kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Padahal UMKM berperan penting dalam perekonomian Indonesia.

“Mereka berkontribusi sebesar 60,3 persen dari total komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,” katanya.

Sebagai bagian dari sistem pangan, lanjut Franky, peran pelaku UMKM bidang pangan perlu mendapat perhatian bersama. PT Indofood Sukses Makmur bermitra dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) dari hulu hingga ke hilir.

“Model bisnis inklusif yang kami lakukan di hulu seperti bermitra dengan petani ataupun IKM pengolah berbagai komoditi yang menjadi supplier. Di hilir, kami menjalankan kemitraan dengan UKM/IKM baik di bidang kuliner maupun industri olahan untuk mencapai konsumen akhir,” ujarnya.

Ia mencontohkan Bogasari Mitra Card, Indomie melalui Warmindo serta Indomie baik dibidang kuliner, kue, roti, martabak, coffee shop maupun IKM industri olahan. (Tri Wahyuni)

Related posts