JAKARTA (Suara Karya): Setelah berbagai tindakan teror yang dilakukan para terduga teroris terhadap kantor maupun aparat kepolisian, kini ada dugaaan kuat para terduga teroris yang merupakan alumni Universitas Riau (UNRI) itu akan melancarkan aksinya di Gedung DPR RI dan DPRD. Terkait hal tersebut, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo sangat mengecam rencana tindakan teror yang akan dilakukan tersebut.
“Saya sangat mengecam rencana ini. Dan saya juga mengapresiasi atas penangkapan tiga terduga teroris oleh tim Densus 88 di Gelanggang Mahasiswa Fisip, Universitas Riau, Sabtu (2/6/2018) lalu. Ini merupakan salah satu bukti keseriusan negara dalam memberantas terorisme di Tanah Air,” ujar Bamsoet, dalam rilis yang diterima Suara Karya, Senin (4/6).
Dia yakin, gedung parlemen yang dijadikan sasaran aksi teroris, ditujukan bukan karena mereka tidak puas terhadap kinerja lembaga perwakilan.
“Karena seiring kemajuan kehidupan demokrasi, berbagai saluran telah dibuka bagi rakyat dalam menyalurkan aspirasinya. Jika ada ketidakpuasan, baik itu terhadap lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya atau menempuh jalur hukum,” ujarnya.
Menurut dia, tindakan teror tak ubahnya tindakan pengecut yang tak beradab. “Saya yakin aparat hukum bisa segera memprosesnya. Terutama dalam menelisik lebih jauh keterkaitan mereka dengan organisasi teroris lainnya, terutama dari jaringan internasional,” kata Bamsoet.
Dikatakannya, dengan disahkannya UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme oleh DPR RI beberapa waktu silam, membuat aparat terkait mempunyai payung hukum yang jelas dalam menindak terorisme. Selama aparat hukum mengikuti ketentuan perundangan, DPR RI tanpa ragu senantiasa memberikan dukungan. Jadikan ini sebagai pintu masuk dalam memberantas terorisme bukan hanya sampai ke akarnya, melainkan sampai ke benihnya.
“Ditangkapnya terduga teroris di lingkungan kampus merupakan tamparan keras bagi sistem pendidikan kita. Kampus seharusnya menjadi sarang intelektual, dimana tindak tanduknya untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan justru malah menjadi sarang teroris yang mengancam keselamatan, keamanan, serta persatuan dan kesatuan,” katanya.
Penangkapan ini sekaligus memperkuat penelitian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menunjukkan tingginya paparan radikalisme di kalangan mahasiswa dan sejumlah kampus, lanjutnya.
“Berdasarkan penelitian salah satu lembaga riset terhadap 1.800 responden di 25 universitas di Indonesia pada Oktober 2017, disebutkan 23,5 persen responden menyetujui gerakan Negara Islam Irak dan Suriah. Selain itu, sebanyak 23,4 persen menyetujui kesiapan untuk berjihad mendirikan khilafah,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Bamsoet menyampaikan bahwa DPR dalam berbagai rapat kerja telah meminta pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta para rektor perguruan tinggi senantiasa membuat berbagai kegiatan yang mampu menggairahkan keintelektualan para mahasiswa.
“Semangat tinggi yang dimiliki para anak-anak kita yang sedang mengeyam pendidikan di kampus harus disalurkan untuk kegiatan positif,” ujarnya menambahkan.
Dia menilai, tindakan dengan pendekatan keamanan (security treatment) tak selamanya bisa menjadi jawaban dalam membersihkan kampus dari gerakan radikal dan ekstrim. Pendekatan soft treatment melalui pendidikan semangat kebangsaan terhadap kaum muda yang masih mengalami cognitive opening (pembukaan koognitif) terhadap berbagai gagasan baru, harus kembali ditingkatkan.
“Saya minta kepada kaum muda yang sedang menempuh pendidikan di berbagai jalur, mulai dari menengah sampai ke pendidikan tinggi, bukalah wawasan kalian secara cermat dan tepat. Senantiasa kedepankan sikap kritis terhadap berbagai pemikiran dan ajaran baru yang masuk. Jangan mau disusupi oleh orang-orang tak bertanggungjawab yang hanya ingin memperalat untuk kepentingan sesaat mereka,” kata Bamsoet.
Terkait dengan keamanan DPR, Bamsoet akan meminta kepada aparat kepolisian untuk terus waspada dan memperketat keamanan untuk menghindari masuknya pihak-pihak yang akan mengganggu keamanan. Ia berharap DPR terus menjadi tempat yang aman bagi siapa saja.
“Jangan sampai, pelukan serta cium tangan dan kening kita kepada anak, istri atau suami saat pergi ke DPR itu menjadi kenangan yang terakhir. Mari kita jaga bersama keamanan lingkungan di DPR dengan kesadaran yang tinggi, bahwa ada orang-orang yang mencintai dan menyayangi kita di rumah yang menunggu kita pulang dengan cerita-cerita indah,” katanya. (Gan)