Suara Karya

Bulog Surakarta Serap 5.000 Ton Gabah untuk Dukung Ketahanan Pangan

SURAKARTA (Suara Karya): Perum Bulog mencatat telah menyerap 5.000 ton gabah kering panen (GKP) dari wilayah Solo Raya, Jawa Tengah, guna mendukung ketahanan pangan dan memaksimalkan hasil panen padi milik petani setempat.

Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta, Dicky Yusfarino, menjelaskan bahwa pembelian gabah tersebut dilakukan melalui dua skema, yakni sistem jemput bola dan kerja sama dengan mitra maklon.

“Total gabah kering panen yang sudah kita beli sekitar 5.000 ton untuk seluruh wilayah Solo Raya,” kata Dicky saat ditemui di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Sragen, Jumat (14/3/2025).

(Foto: Suarakarya.co.id/Boy)

Penyerapan gabah ini mencakup tujuh wilayah kerja Bulog Surakarta, meliputi enam kabupaten dan satu kota, yaitu Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Dicky menambahkan bahwa musim panen dimulai dari wilayah Sragen, kemudian berlanjut ke Klaten, Sukoharjo, serta sebagian Karanganyar.

“Memang kalau melihat musim panen itu awalnya paling banyak di Sragen, tetapi hampir semua wilayah Solo Raya panen secara serentak,” ujarnya.

Untuk mendukung penyerapan tersebut, Bulog Surakarta mengandalkan kapasitas pengeringan sekitar 600 ton per hari, dengan 120 ton di antaranya diproses di SPP Sragen. Proses pengeringan ini memanfaatkan teknologi dryer terbaru yang mampu mengeringkan gabah dalam waktu 24 hingga 48 jam, tergantung jenis dryer yang digunakan.

(Foto: Suarakarya.co.id/Boy)

Meski demikian, Dicky mengakui bahwa beberapa mitra maklon memiliki kapasitas dryer yang lebih kecil, hanya sekitar 10 ton, dengan sebagian besar masih menggunakan sistem bed dryer yang bersifat semi-mekanis.
Sementara itu, Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah, Fadillah Rachmawati, menambahkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah hingga babinsa guna memaksimalkan penyerapan gabah.

Menurutnya, babinsa berperan penting karena mendampingi petani sejak masa tanam hingga panen. “Kami menyarankan petani menjual gabah ke Bulog karena harganya terjamin Rp6.500 per kilogram, ini untuk meningkatkan nilai tukar petani,” ujar Fadillah.

Di tingkat nasional, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menegaskan komitmen perusahaan untuk mendukung swasembada pangan melalui pembelian gabah dan beras dari petani dalam negeri. Hingga saat ini, Bulog telah menyerap 300.000 ton gabah setara beras secara nasional, yang disebut sebagai angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.

“Dengan rata-rata penyerapan harian mencapai belasan ribu ton, kami berharap dapat terus menjaga momentum ini menjelang panen raya di akhir Maret hingga April mendatang,” kata Arwakhudin. (Boy)

Related posts