Suara Karya

Keren, Daya Saing Digital Indonesia Naik 6 Peringkat ke Posisi 45 Dunia

JAKARTA (Suara Karya): Daya saing digital Indonesia naik ke posisi 45 dunia, berdasarkan riset World Digital Competitiveness Ranking (WDCR 2023) yang dilakukan International Institute for Management Development (IMD) asal Swiss.

Seperti dikemukakan Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC), Prof Arturo Bris dalam siaran pers, Rabu (4/1/24), Indonesia mencatat peningkatan daya saing digital secara signifikan. Naik 6 peringkat dari posisi 51 pada 2022 menjadi posisi 45 dunia pada 2024.

“Bahkan dalam 5 tahun terakhir, daya saing digital Indonesia terus naik hingga 11 peringkat. Pada 2019, Indonesia berada di posisi 56 dan kini naik ke posisi 45 dunia,” ucapnya.

Hal itu, menurut Prof Arturo, menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam perbaikan transformasi digital. “Laporan ini diharapkan membantu Indonesia mempercepat strategi digitalisasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan pada 2024,” katanya.

IMD WDCR yang dirilis pada akhir 2023, membandingkan peringkat kemapanan daya saing digital dari 64 negara. Lima negara dengan daya saing digital terbaik versi IMD World Digital Competitiveness 2023 adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark dan
Swiss.

Ditambahkan, riset juga menunjukkan daya saing digital Indonesia lebih unggul dibanding sejumlah negara Asia lain, seperti India (peringkat 49), Filipina (59) dan Mongolia (63).

Namun di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih kalah jauh dari Singapura (peringkat 3), Malaysia (33) dan Thailand (35).

IMD menilai ada 2 faktor utama keberhasilan Indonesia dalam mendongkrak daya saing digitalnya. Pertama, pertumbuhan investasi yang agresif, terutama dari sektor telekomunikasi, perbankan dan venture capital.

Kedua, lanjut Prof Arturo, pertumbuhan para entrepreneur teknologi ikut menyokong kesiapan teknologi Indonesia di masa depan. Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan kecepatan internetnya.

“Kecepatan internet di Indonesia ada di posisi ke 62 dari total 64 negara yang diteliti. Jumlah pengguna internet di Indonesia juga perlu ditingkatkan, karena berada di urutan 60 dunia,” tuturnya.

Masalah maraknya pembajakan perangkat lunak (software), lanjut Prof Arturo, menjadi persoalan yang perlu diselesaikan untuk meningkatkan daya saing digital Indonesia.

Dua faktor lain yang jadi penghambat peningkatan daya saing digital Indonesia adalah pendidikan dan pelatihan, serta kurangnya riset dan pengembangan teknologi.

“Indonesia tercatat terus mengalami penurunan dalam 2 hal tersebut dalam 5 tahun terakhir,” kata Prof Arturo menegaskan.

Indonesia juga perlu meningkatkan hibah untuk paten teknologi terbaru (high-tech) dan meningkatkan angka pekerja dengan keahlian dan pengetahuan teknologi khusus, untuk memperbaiki daya saing digital.

Terkait pendidikan dan pelatihan, Prof Arturo menilai, Indonesia perlu menambah total anggaran untuk pendidikan, rasio murid-guru di pendidikan tinggi, angka lulusan sains, jumlah sarjana perempuan, dan prestasi di pendidikan tinggi.

“Banyak riset yang kami lakukan menunjukkan, peningkatan investasi pendidikan dan pelatihan terbukti mendongkrak daya saing digital. Sekaligus memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja,” ujarnya.

Ke depan, Prof Arturo memperkirakan akan terjadi lonjakan permintaan tenaga kerja terkait teknologi dan AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan).

WDCR 2023 meneliti daya saing digital dari 64 negara dengan melihat 3 faktor utama, yaitu pengetahuan, teknologi dan kesiapan masa depan.

Kampus yang menyediakan pendidikan bagi para eksekutif dan pemimpin bisnis berharap riset daya saing digital bisa membantu pemerintah dan bisnis untuk memahami perbaikan sektor yang perlu dilakukan, ketika melakukan transformasi digital guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pada 2023, daya saing Indonesia secara keseluruhan naik ke posisi 34 dunia, daya saing talenta Indonesia naik ke posisi 47, dan tingkat ekonomi keberlanjutan Indonesia ada di posisi 19 dunia. Sejumlah kota di Indonesia pun tercatat sebagai kota pintar (smart city) dunia seperti Jakarta (102), Medan (112) dan Makassar (114). (Tri Wahyuni)

Related posts