Suara Karya

Kunjungi IP Trisakti, Akademi Sages Promosikan Kompetisi Masak bagi Mahasiswa

JAKARTA (Suara Karya): Akademi Sages berkunjung ke kampus Institut Pariwisata (IP) Trisakti untuk menggali pengalaman dalam pengelolaan dosen, sekaligus mempromosikan kompetisi masak ‘Bibigo Sages Young Chef Competition 2025’ bagi mahasiswa bidang kuliner.

“Sebagai kampus pariwisata terbaik di Indonesia, kami ingin belajar banyak dari IP Trisakti,” kata Managing Director The Sages International, Daniel Christian Tarigan, di Kampus IP Trisakti, Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (23/5/25).

Daniel menjelaskan, Akademi Sages yang berlokasi di wilayah Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur sebelumnya adalah lembaga pelatihan dan kursus (LPK) bidang kuliner. Berdiri sejak 2006, lalu beralih status menjadi Akademi Sages pada 2020.

“Perubahan status ini membawa konsekuensi pada tenaga pengajarnya. Dulu, syaratnya cukup bisa memasak, sekarang tidak bisa. Ada syarat akademik, dan tugas lainnya seperti kegiatan pengabdian kepada masyarakat, serta penelitian,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Daniel, pihaknya ingin belajar banyak hal dari IP Trisakti, khususnya di bidang culinary atau kuliner. Meski demikian, Daniel datang tidak dengan tangan kosong.

Akademi Sages memboyong satu dosennya untuk memberi perkuliahan tentang gastronomi dan demo memasak menu fusion dari masakan Indonesia-Korea, yaitu sate taichan saus Gochujang.

“Demo memasak dilakukan oleh tenaga pengajar dari industri, chef asal Korea, Kang Sok Min. Chef tersebut berasal dari industri makanan siap saji, CJ Food Korea. “Kami senang antusias mahasiswa IP Trisakti yang ikut ‘cooking demo’ hari ini. Terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,” ujarnya.

Daniel bercerita soal rencana kompetisi masak, ‘Bibigo Sages Young Chef Competition 2025’ untuk mahasiswa dan lulusan SMK bidang tata boga. Kompetisi yang disponsori CJ Food tersebut merupakan bagian dari akulturasi kuliner Korea.

“Selama ini, masakan Indonesia banyak mendapat pengaruh dari budaya Melayu, Belanda dan Jepang. Lewat K-Pop, sekarang akulturasi dilakukan oleh Korea, yang rasanya sudah tak asing di lidah masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Ia berharap kompetisi Bibigo yang akan digelar dalam waktu dekat dapat merangsang kreativitas mahasiswa dan lulusan SMK tata boga untuk membuat menu yang mengkombinasikan citarasa Indonesia-Korea.

“Seperti menu yang kami tampilkan dalam demo kali ini, sate taichan dengan saus gochujang. Lidah Indonesia yang akrab dengan sambal, tak terlalu kaget dengan citarasa gochujang. Sehingga tercipta satu rasa baru yang mungkin disukai masyarakay Indonesia,” tuturnya.

Selain memprioritaskan pendidikan dasar pada culinary dan patisserie, lanjut Daniel, Akademi Sages memiliki keunggulan pada spesial culinary art.

“Karena hanya ada 1 jurusan, kami ingin fokus dan menjadi yang terbaik di bidang ini. Semua menu kami pelajari, mulai dari Western, Asia, Indonesia dan lainnya. Mahasiswa juga diajarkan bagaimana mengembangkan bisnis kuliner,” katanya.

Dengan demikian, lulusan Akademi Sages memiliki 2 pilihan, bisa menjadi professional chef di hotel berbintang, atau menjadi entrepreneur. Pasalnya, selain setiap mahasiswa diajarkan praktek culinary dan pastry, juga pengelolaan bisnis, termasuk business plan, purchasing, cost control, nutrition, hygiene, dan sebagainya

Melihat keistimewaan itu, tak heran jika mahasiswa Akademi Sages datang dari berbagai kota di Indonesia, bukan hanya Jawa Timur, tapi juga dari Jakarta, Medan, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

“Kuliner itu tak pernah mati, karena menyangkut kebutuhan pokok manusia. Karena itu, mahasiswa Akademi Sages bertambah terus setiap tahun. Untuk itu, kami ingin meningkatkan kualitas diri, salah satunya lewat kolaborasi dengan IP Trisakti,” kata Daniel menandaskan.

Sementara itu, chef asal Korea, Kang Sok Min mengaku senang dengan antusias mahasiswa IP Trisakti saat mengikuti demo memasak. Hal itu terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mahasiswa.

“Kami senang sekali bisa berbagi ilmu kuliner dengan mahasiswa Indonesia. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi mahasiswa,” kata Chef yang telah menekuni profesinya selama 12 tahun tersebut. (Tri Wahyuni)

Related posts