Suara Karya

LSF: Film Layar Lebar Nasional Kini Lampaui Jumlah Film Asing

JAKARTA (Suara Karya): Industri film layar lebar nasional menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam 4 tahun terakhir. Bahkan pada 2024, angkanya melampaui jumlah film asing.

“Untuk pertama kalinya, film layar lebar nasional melampaui jumlah film asing, yaitu 285 judul film nasional dibandingkan 255 judul film asing,” kata Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Naswardi dalam temu media, di Jakarta, Kamis (16/1/25).

Dari 285 judul film nasional, lanjut Naswardi, tercatat ada 87 judul film (30,5 persen) bergenre horor. Jumlah itu lebih sedikit dibanding genre drama yang total berjumlah 141 judul (49,5 persen), kemudian menduduki peringkat selanjutnya ada genre film pendek sebanyak 24 judul film (8,4 persen).

“Film Indonesia katanya kebanyakan horor, sebenarnya salah. Karena film genre drama justru paling banyak,” tuturnya.

Setelah itu, genre dokumenter 12 judul film (4,2 persen), romance 6 judul film (2,1 persen), genre kartun/animasi 4 judul film (1,4 persen), genre komedi 4 judul film (1,4 persen), genre action 3 judul film (1,1 persen), dan masing masing 1 judul film untuk genre biografi, science fiction, epik, serta musikal.

“Dari total 285 judul film nasional, tercatat didaftarkan oleh pemilik film sebanyak 140 Rumah Produksi (PH),” ujarnya.

Terkait kinerja LSF dalam bidang penyensoran di sepanjang 2024, tercatat ada 42.331 judul film dan iklan film. Jumlah itu melampaui target rencana strategis LSF yakni 41.500 judul.

“Jumlah itu juga naik 833 judul dari 41.498 judul pada 2023,” ucapnya.

Sedangkan film bioskop berdasarkan penggolongan usia, yaitu 227 judul (42,1 persen) untuk usia (13+), dan penggolongan usia (17+) ada 192 judul (35.6 persen), penggolongan usia Semua Umur (SU) sebanyak 106 judul (19,6 persen), dan penggolongan usia (21+) ada 15 judul (2,7 persen).

Ditambahkan, LSF menerbitkan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) terhadap 42.331 judul film dan iklan selama 2024, yang penayangannya untuk bioskop, televisi dan jaringan teknologi informatika dan media penayangan lainnya, berupa peninjauan, kalangan terbatas, event, sarana promosi, media ruang publik dan penjualan/penyewaan (palwa).

Dari jumlah film dan iklan yang disensor, urutan pertama untuk televisi sebesar 38.194 judul (90 persen), film dan iklan untuk layar lebar (bioskop) sebesar 1.613 judul (3,8 persen), film dan iklan untuk Jaringan Teknologi Informatika sebesar 710 judul (1,8 persen), serta film dan iklan film untuk sarana promosi sebesar 865 judul (2,04 persen).

Selain itu, film dan iklan film untuk peruntukan festival sebesar 629 judul (1,48 persen), film dan iklan film untuk media ruang publik sebesar 131 judul (0,31 persen), film dan iklan film peruntukan kalangan terbatas sebesar 92 judul (0,22 persen), film dan iklan film untuk event sebesar 85 judul (0,20 persen), film dan iklan film peruntukan penjualan dan persewaan (Palwa) sebesar 8 judul (0,01 persen) dan film/iklan yang melakukan proses peninjauan di 2024 sebanyak 4 judul (0,009 persen).

Soal 255 judul film asing, ternyata berasal dari 18 negara asing, dengan pemasok terbesar dari Amerika Serikat yaitu 106 judul film, disusul Korea Selatan 43 judul, India 26 judul, Jepang 31 judul, Thailand 13 judul, Perancis 8 judul, Inggris 5 judul, Taiwan dan Hongkong dengan masing-masing 4 judul, Tiongkok 3 judul film, Filipina, Vietnam dan Malaysia masing-masing 2 judul dan Arab Saudi, Australia, Irlandia, Kamboja, Kirgizstan masing masing 1 judul.

Untuk film layar lebar asing, masih didominasi oleh genre action sejumlah 52 judul, sedangkan genre drama 42 judul. Film peruntukan festival pada 2024 tercatat berjumlah 629 judul, mengalami kenaikan dibanding tahun lalu yang berjumlah 511 judul.

Tentang Program Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM), yang diluncurkan sejak 2021, Naswardi menjelaskan, program tersebut terus berlanjut untuk meningkatkan literasi masyarakat tentang pentingnya memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia.

GNBSM digelar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk ‘LSF Goes to School’, ‘LSF Goes to Campus’ dan ‘LSF Goes to Community’. Kegiatan tersebut melibatkan 10.200 peserta, melampaui target 10.000 orang.

Program mencakup masyarakat dari berbagai latar belakang seperti guru, siswa, orang tua, mahasiswa, dosen, dan komunitas lokal.

Pesan budaya sensor mandiri juga disampaikan secara digital melalui iklan layanan masyarakat (ILM) yang ditayangkan di bioskop, menjangkau sekitar 80 juta penonton. Selain itu, media sosial resmi LSF seperti Instagram, TikTok, dan Facebook ikut digunakan untuk menyebarluaskan informasi. (Tri Wahyuni)

Related posts