Suara Karya

Pameran, Sarasehan dan Konser tentang Musisi Leo Kristi Digelar di TIM

JAKARTA (Suara Karya): Perjalanan hidup dan karya musisi legendaris, Leo Kristi dipamerkan di Taman Ismail Marzuki (TIM), pada Sabtu (27/7/24).

Kegiatan yang difasilitasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) itu juga menampilkan sarasehan dan konser bertajuk Leo Kristi: Pencipta, Pelopor, dan Pembaru, ‘Aku Tak kan Pernah Mati’.

Dirjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Hilmar Farid dalam pidato pembukanya berharap, karya besar Leo Kristi juga dikenal gen Z di Indonesia. Apalagi Konser Rakyat yang diinisiasi Leo Kristi pada 1975.

“Karya fenomenal itu diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk melakukan hal-hal besar semacam itu sekarang ini,” ujarnya.

Leo Kristi semasa hidupnya menorehkan catatan sejarah tersendiri untuk industri musik Indonesia. Selain menjadi musisi, Leo Kristi juga seorang penyair, aktor, ilustrator musik film, serta pelukis yang gemar keliling Nusantara dan luar negeri.

Dedikasi Leo Kristi pada musik Indonesia membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016 menyematkan kepadanya Anugerah Kebudayaan 2016 sebagai Pelopor, Pencipta, dan Pembaru Lagu Balada Indonesia.

Ketua Panita Pelaksana Kegiatan Leo Kristi: Pencipta, Pelopor, dan Pembaru, ‘Aku Tak kan Pernah Mati’, Punto menjelaskan, pameran menampilkan perjalanan hidup, karya, album, alat musik, lukisan, kostum aksesoris panggung, sketsa nada serta lirik lagu, foto, surat, poster konser seorang Leo Kristi.

“Sedangkan sarasehan membahas musik maupun makna dari lirik lagu-lagu Leo Kristi. Meski sang musisi telah tiada pada 2017, namun hasil karya hingga kini masih digandrungi masyarakat,” ujar Punto.

Ditambahkan Leo Kristi adalah salah satu musisi besar Indonesia yang selalu mengirimkan semangat dan optimisme tentang keseharian hidup melalui wadah kesenian. Dan upayanya itu dinilai berhasil.

Kecintaan Leo Kristi pada dunia seni di Tanah Air sangat besar dan penuh inspirasi. Leo Kristi mengawali aksi perdana tampil di panggung festival musik pada usia 12 tahun, di Surabaya, Jawa Timur.

Selama pementasan yang menampilkan tiga personil Konser Rakyat, yakni Ote Abadi (gitar, harmonika, flute, dan vokal), Liliek Jasqee (gitar, biola, dan vokal), Nona van der Kley (vokal) yang dibantu 4 musisi dari Institut Kesenian Jakarta, yaitu Damar (bass), Rama Chrisna (piano dan efek suara), Mang Rama (gitar), dan Lewi (perkus).

“Para musisi itu akan membawakan 20 lagu Leo Kristi,” ucapnya.

Semasa masih aktif bermusik, Leo Kristi telah mengeluarkan 13 album sejak 1976. Begitu pun Konser Rakyat. Ia pernah diundang Wakil Presiden Adam Malik, serta Kenduri Nasional 50 Tahun Indonesia Merdeka 17 Agustus 1995 di Lapangan Monas yang dihadiri Presiden Soeharto.

Karier Leo Kristi juga pernah dua kali menata musik film berjudul Letnan Harahap pada 1977 dan Nyoman pada 1989. Ia pernah menjadi pemeran Bung Tomo dalam film Soerabaia ’45 tahun 1990.

Leo juga menggelar pameran lukisan dalam beberapa konser yang mengawinkan seni rupa dan musik.

Direktur Perfilman, Musik.dan Media, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Ahmad Mahendra menuturkan, Leo Kristi adalah sosok musisi yang mampu membuktikan karya besar pasti selalu dirindukan serta dikenang, meski sang musisi telah tiada.

“Itulah salah satu alasan kenapa Kemdikbudristek mendukung kegiatan ini, karena Leo Kristi sebagai seniman dan budayawan besar di Indonesia bisa menjadi teladan bagi musisi lainnya. Leo Kristi memberi warna positif untuk seni musik nasional,” ujarnya.

Leo Kristi mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Immanuel, Bandung, Jawa Barat pada 21 Mei 2017, dalam usia ke-67 tahun dan dimakamkan di Jati Makmur, Bekasi. (Tri Wahyuni)

Related posts