JAKARTA (Suara Karya): Perum Bulog mengoptimalkan Program Rumah Pangan Kita (RPK) sebagai upaya menjaga stabilitas stok dan harga beras di tengah penurunan produksi beras yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun 2025.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam diskusi media di Jakarta, Jumat (30/7/2024) mengatakan bahwa jumlah RPK saat ini sudah mencapai sekitar 21.384 unit yang tersebar di berbagai daerah. RPK adalah warung-warung, kios-kios, lapak-lapak milik masyarakat yang telah bermitra dengan Bulog.
Bayu menyebut jumlah RPK Bulog itu bahkan telah setara dengan jumlah ritel modern yang selama ini menjadi andalan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Keberadaan jaringan ritel Bulog ini dinilai sangat penting dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen. RPK ini juga menjadi bagian dari upaya Bulog untuk menjual produknya langsung ke konsumen melalui toko-toko kecil.
“RPK menjadi instrumen operasional bagi Bulog untuk menjaga stabilitas pangan,” ujar Bayu.
Bayu menyebut Bulog telah menyalurkan hampir 300.000 ton beras ke konsumen melalui RPK. Penyaluran itu terdiri dari beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 253.293 ton dan beras komersial sebanyak 42.675 ton.
Ia menyebut setiap RPK menghasilkan rata-rata omzet antara Rp10 juta hingga Rp50 juta setiap bulan. Dari total omzet itu, sekitar 28,6 persen berasal dari penjualan produk Bulog.
Ia memperkirakan total potensi penjualan pada seluruh RPK sebetulnya bisa mencapai Rp11,5 triliun hingga Rp12 triliun per tahun. Namun, pertumbuhan RPK saat ini masih rendah, hanya sekitar 3-4 persen per tahun.
“Kami sedang mengupayakan kerja sama dengan Bulog ini bisa membuat mereka tumbuh lebih pesat,” ujarnya.
Salah satu langkah yang dilakukan Bulog dalam mendukung pertumbuhan RPK adalah dengan meluncurkan MyRPK– sebuah aplikasi yang memungkinkan RPK untuk memesan dan menjual produknya melalui ponsel hingga membuat laporan keuangan yang lebih rapi dan modern.
Aplikasi MyRPK baru saja memasuki tahap pra-peluncuran untuk uji coba di Jawa Barat dan Jawa Timur. Aplikasi ini diharapkan sudah bisa digunakan secara penuh tahun depan. Dengan adanya aplikasi ini, Bulog berharap bisa lebih mudah menjaga stabilitas stok dan harga pangan. (Boy)