JAKARTA (Suara Karya): Menyambut tahun baru Islam 1457H yang jatuh pada 27 Juni 2025, Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar beragam acara bertajuk ‘Peaceful Muharram 1457H’.
“Tahun ini, kami ingin menyambut 1 Muharram dengan cara berbeda. Tak sekadar perayaan, tetapi menjadi momentum spiritual nasional,” kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Kemenag Abu Rokhmad, di Jakarta, Jumat (20/6/25).
Hadir dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Muhammad Adib; Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Cecep Khairul Anwar; Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat; Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi; dan Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Waryono Abdul Ghofur
Tema perayaan Muharram kali ini, lanjut Abu Rokhmat, adalah ‘Damai Bersama Manusia dan Alam’. Hal itu mencerminkan semangat spiritualitas, sekaligus ajakan hidup harmonis dengan sesama dan lingkungan.
“Seluruh kegiatan mengusung warna hijau sebagai simbol kesukaan Nabi Muhammad SAW dan keselarasan alam. Motif floral pada desain logo juga merepresentasikan keseimbangan, menginspirasi masyarakat untuk merayakan Muharam dengan kedamaian dan kepedulian lingkungan,” tuturnya.
Dijelaskan, gelaran acara ‘Peaceful Muharram 1457H’ sudah dimulai sejak 22 Juni, yaitu kegiatan ‘Car Free Day’ (CFD) bertajuk Syiar Muharram pada Minggu (22/6/25) di sekitar Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta.
“Kegiatan itu akan melibatkan ribuan peserta dari kalangan penyuluh agama, majelis taklim, KUA se-Jabodetabek, dan Forum Komunikasi Diniyah DKI Jakarta,” tuturnya.
Kegiatan selanjutnya adalah ‘Ngaji Budaya: Tradisi Muharram Nusantara’ yang digelar pada Senin (23/6/25). Acara tersebut mengangkat ragam budaya dan pesan ekoteologi dalam bentuk ceramah dan pertunjukan seni.
Agenda acara lainnya adalah peluncuran Seribu Masjid Inklusif, pada Selasa (24/6/25). Program itu bertujuan mendorong masjid agar ramah bagi difabel dan lansia. Pilot projek kegiatan berlangsung di 47 masjid kementerian/lembaga.
“Kami ingin menjadikan masjid sebagai ruang ibadah yang inklusif bagi semua kalangan,” ujarnya.
Puncak peringatan Tahun Baru Islam akan digelar secara nasional di Masjid Istiqlal dan masjid-masjid agung seluruh Indonesia, pada Kamis (26/6/25)
Kegiatan dimulai dari pembacaan Al Quran, seni baca Al Quran oleh qari internasional, refleksi akhir tahun, istigasah, hingga tausiyah oleh tokoh nasional, seperti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti.
Pada Jumat (27/6/25), digelar kegiatan bertajuk ‘Peaceful Muharram Gen Z’, sebuah temu wicara yang dirancang untuk menjangkau anak muda melalui pendekatan dakwah yang komunikatif dan relevan.
Pada Sabtu (28/6/25), kegiatan nikah masaal digelar Masjid Istiqlal. Ada sekitar 100 pasangan yang akan dinikahkan hari itu. Kegiatan serupa juga dilaksanakan serentak di seluruh Kanwil Kemenag di Indonesia.
Bimas Islam juga ikut mendukung Marathon Nasional di Jakarta, pada Minggu (28/6/25) sebagai mitra penyambut peserta melalui spanduk, umbul-umbul, serta logistik konsumsi.
Agenda kedelapan adalah Lebaran Yatim dan Difabel pada Jumat (4/7/25) di Kantor Kemenag Thamrin. Acara itu akan terhubung secara nasional melalui kantor wilayah Kemenag, disertai penyaluran 2.000 bingkisan bagi anak yatim dan difabel dan penghargaan untuk kolaborator zakat dan wakaf terbaik.
Selanjutnya, Gerakan Gas Nikah atau Gerakan Sadar Pencatatan Nikah yang berlangsung di gelaran CFD Jakarta, pada Minggu (6/7/25) bersama tokoh publik Jafar Al Hadar (Habib Jafar).
Program itu diharapkan mengedukasi masyarakat soal pentingnya pencatatan pernikahan. Mengingat ada puluhan juta pasangan di Indonesia yang mengaku menikah, tetapi tidak memiliki buku nikah.
“Ada 34,6 juta pasangan di Indonesia yang mengaku menikah, tapi belum memiliki buku nikah. Ini rentan secara hukum dan berdampak pada hak perempuan dan anak,” kata Abu Rokhmad.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan konferensi internasional bertajuk ‘Islamic Eco-Theology for the Future of the Earth’ yang akan berlangsung pada 10–12 Juli 2025.
“Kami ingin menjadikan momen Muharram ini sebagai titik tolak transformasi sosial dan spiritual. Tidak hanya memuliakan nilai-nilai Islam, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis dan inklusi sosial,” kata Abu Rokhmad. (Tri Wahyuni)