Suara Karya

SWA Dorong Kesehatan Mental Remaja, Pakar: Sekolah Harus Jadi Ruang Aman

JAKARTA (Suara Karya): Sinarmas World Academy (SWA) bekerja sama dengan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Keswa) menggelar acara, yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental remaja.

Acara bertajuk ‘Mental Health Unplugged: Stories, Chats, and Laughs’ di kampus SWA, Serpong Tangerang Selatan, Jumat (13/6/25) itu menghadirkan narasumber kunci Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019, sekaligus inisiator Kaukus Keswa, Prof Dr dr Nila F Moeloek, SpM(K).

Prof Nila Moeloek dalam sambutan tertulisnya mengingatkan, peran sekolah dalam mendukung kesejahteraan psikologis generasi muda.

“Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi harus bisa menjadi lingkungan yang membina pertumbuhan emosional dan psikologis anak,” ucap Prof Nila menegaskan.

Ia juga mengutip data WHO yang menunjukkan, 1 dari 7 remaja di dunia menghadapi tantangan kesehatan mental. Kolaborasi keluarga, sekolah, dan komunitas sangat penting agar remaja merasa aman untuk mengekspresikan diri dan mencari dukungan.

Pembicara lain datang dari berbagai latar belakang, mulai dari inisiator Kaukus Keswa Dr dr Ray Basrowi, MKK, FRSPH; aktivis sosial Inaya Wahid; hingga Komika Mo Sidik. Para pembicara berbagi pengalaman dan strategi menghadapi tekanan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan berlangsung interaktif, dipandu oleh moderator Reno Fenady, dan dihadiri ratusan siswa, guru, serta orangtua.

Dalam sesi berbagi, Inaya Wahid menekankan pentingnya keberanian untuk terbuka dan mencari pertolongan ketika menghadapi tekanan mental.

“Tidak ada yang salah dengan merasa lelah atau terpuruk. Yang penting, kita mau bicara, meminta bantuan, dan saling mendukung. Dukungan lingkungan, baik keluarga maupun sekolah, adalah kunci,” ujar anak bungsu dari Presiden RI Periode 1999-2001, Abdurrahman Wahid.

Komila Mo Sidik juga membagikan sudut pandang uniknya tentang kesehatan mental melalui humor. “Tertawa memang bukan solusi semua masalah, tapi terkadang bisa menerima diri sendiri dan menjalani hidup lebih ringan lewat humor,” ujarnya.

Karena itu, ia meminta para remaja untuk tidak ragu mencari kebahagiaan di tengah kesibukan belajar. “Tentu saja, upaya yang dilakukan harus positif,” ujar Mo Sidik yang disambut gelak tawa dari para peserta.

General Manager SWA, Deddy Djaja Ria menegaskan, ketahanan emosional siswa sama pentingnya dengan prestasi akademik. “Kami ingin siswa tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga siap menghadapi tantangan hidup,” tegasnya.

Melalui acara itu, SWA berkomitmen membangun literasi kesehatan mental, memecah stigma, dan memperkuat budaya empati di lingkungan sekolah. “Diskusi terbuka dan edukasi seperti ini penting agar kesehatan mental menjadi fondasi generasi Indonesia yang tangguh dan penuh harapan,” tutur Prof Nila dalam pesannya.

Antusiasme peserta juga tercermin dari tanggapan para orangtua siswa. “Kadang kita sebagai orangtua terlalu sibuk mengejar keberhasilan anak secara akademis, tapi lupa mereka juga butuh ruang untuk merasa aman dan didengar,” kata Dwi Haryani, orangtua dari siswa SWA.

Acara ini, lanjut Dwi Haryani, juga membuka mata orangtua bahwa kesehatan mental bukan sekadar isu anak, tapi juga tanggung jawab orangtua sebagai bagian dari keluarga.

Ditambahkan, kegiatan semacam ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik bagi sekolah lain dalam mendukung kesehatan mental anak didik di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. (Tri Wahyuni)

Related posts