JAKARTA (Suara Karya): Penerimaan mahasiswa baru (Maba) lewat Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat (SMMPTN-Barat) dijamin berlangsung transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).
“Seluruh proses dalam SMMPTN-Barat disupervisi oleh tim dari KPK dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek),” kata Ketua SMMPTN-Barat 2025, Prof Ibrahim kepada media, di Jakarta, Senin (5/5/25).
Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat (BKS-PTN Barat), Prof Marwan; Sekretaris Eksekutif BKS-PTN Barat, Dr Entis Halimi; Anggota Tim Sospro SMMPTN-Barat, Ahmad Bahrudin; Sekretaris Pokja SMMPTN-Barat; Prof Supriyanto; dan Koordinator Tim Sospro SMMPTN-Barat, Teuku Kemal Fasya.
Prof Ibrahim kembali menegaskan, SMMPTN-Barat saat ini menjadi model pelaksanaan ujian masuk bersama ke PTN yang akuntabel, adil, profesional, efisien, transparan, dan bebas konflik kepentingan.
Selain itu, penyelenggaraan SMMPTN-Barat merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 48 Tahun 2022, junto Permendikbud Nomor 62 tahun 2023 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri.
Penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SMMPTN-Barat telah dilakukan sejak 8 tahun lalu. Sebenarnya ada 38 PTN yang tergabung, tetapi tahun ini hanya diikuti 28 PTN yang tersebar di Sumatera, sebagian Kalimantan dan Jawa wilayah Barat.
Perkembangan metode seleksi di SMMPTN 2025, lanjut Prof Ibrahim, menunjukkan peningkatan mutu. Hal itu terlihat pada ujian tulis berbasis komputer (UTBK) yang mirip Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang dilakukan Kemdiktisaintek.
“Soalnya berbeda dengan SNBT. Kami buat sendiri. Tngkat akurasi penilaian dan keterpilihan calon mahasiswa cukup baik,” ujarnya.
Disebutkan, daya tampung yang tersedia dalam SMMPTN-Barat sebanyak 17.909 kursi, yang mencakup 993 program studi (prodi). “Jumlah kepersertaan setiap tahun berubah, tergantung komitmen dan keinginan PTN untuk ikut dalam SMMPTN-Barat. Karena itu, daya tampung tidak pernah sama setiap tahun,” ucapnya.
Ditanya apakah prodi favorit seperti kedokteran, komunikasi, akuntasi, ilmu komputer juga tersedia di SMMPTN, Prof Ibrahim mengatakan, tentu saja. Namun, besarannya tergantung kebijakan masing-masing perguruan tinggi.
“Kuotanya mulai 10 hingga 30 persen, tergantung kebijakan kampus masing-masing. Besaran kuota masing-masing prodi bisa dilihat di website SMMPTN-Barat,” tuturnya.
Pendaftaran SMMPTN-Barat dibuka sejak 4 Mei hingga 12 Juni 2025. Seleksi ini terbuka bagi calon mahasiswa yang tidak diterima lewat jalur SNPB dan SNBT, serta siswa yang belum memiliki akun SNPMB agar tetap dapat kesempatan kuliah di PTN.
Seleksi menggunakan model UTBK, yang mencakup Tes Potensi Skolastik, Literasi Bahasa Indonesia, Literasi Bahasa Inggris, dan Penalaran Matematika.
PTN yang tergabung dalam SMMPTN-Barat 2025 beragam, ada yang berasal dari PTN umum, seni, dan agama. Peserta bebas memilih prodi, apakah berbasis sains dan teknologi (Saintek) atau sosial-humaniora (Soshum) sesuai dengan aturan dalam Kurikulum Merdeka.
Setiap calon dapar memilih 2 prodi yang diinginkan, pilihan PTN tidak harus menjadi lokasi UTBK calon mahasiswa. Urutan pilihan prodi tentu merupakan prioritas pilihan.
“UTBK diadakan di 28 kampus yang tergabung dalam SMMPTN-Barat 2025. Meski demikian, calon mahasiswa boleh memilih prodi di PTN di luar lokasi tesnya,” ujarnya.
Soal biaya, Prof Ibrahim menyebut Rp375.000. Angka itu sama seperti tahun sebelumnya. Pembayaran dilakukan di 4 bank mitra SMMPTN-Barat yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, dan BSI.
“Pendaftaran dilakukan di laman pendaftaran.smmptnbarat.id untuk mendapat ID Bayar dan PIN, kemudian lakukan pembayaran di bank mitra tersebut,” katanya.
Pembayaran juga bisa dilakukan selain teller bank, yaitu melalui mesin ATM atau via Tokopedia.
Disebutkan 28 PTN yang tergabung dalam SMMPTN-Barat 2025, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh; Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh; Universitas Teuku Umar (UTU), Meulaboh, Aceh; Universitas Samudra (Unsam), Langsa, Aceh; Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh; Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru, Riau; dan Universitas Jambi (UNJA), Jambi.
Selain itu ada Universitas Bengkulu (Unib), Bengkulu; Universitas Andalas (Unand), Padang; Institut Seni Indonesia (ISI), Padangpanjang; Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Tanjungpinang, Kepri; dan Universitas Bangka Belitung (UBB), Bangka, Babel; Institut Teknologi Sumatera (Itera), Lampung; Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau; dan Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar, Sumbar.
PTN lainnya adalah Universitas Sumatera Utara (USU), Medan; Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Ali Hasan Ahmad Addary, Padangsidimpuan, Sumut; Universitas Lampung (Unila), Lampung; Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang, Sumsel; Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Medan, Sumut; dan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, Sumbar.
Terakhir ada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten; Universitas Siliwangi (Unsil), Tasikmalaya, Jabar; Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta; Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung; Universitas Singaperbangsa Karawang; Universitas Palangka Raya (UPR), Kalteng; dan Universitas Tanjungpura (Untan), Kalimantan Barat.
Soal kasus perjokian dan kecurangan yang mungkin terjadi di SMMPTN-Barat, seperti halnya UTBK-SNBT, Prof Ibrahim mengatakan, pihaknya akan melakukan langkah antisipasi dalam hal tersebut.
“Kami akan memperketat pengawaaan, belajar dari pengalaman UTBK-SNBT,” kata Prof Ibrahim yang juga Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) itu menegaskan. (Tri Wahyuni)