JAKARTA (Suara Karya): Jangan pernah abaikan jika terkena gangguan BAB (buang air besar) baik berupa diare kronis atau sulit BAB yang berkepanjangan. Karena, kedua hal itu merupakan gejala awal dari penyakit kanker usus besar.
“Apalagi jika penderita sering mengalami kembung, nyeri, darah dalam tinja, dan ada benjolan dalam perut. Segera periksa diri ke dokter untuk tindakan lebih lanjut,” kata dokter spesialis bedah digestif, Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Wifanto Sadityo Jeo dalam diskusi media, di Jakarta, Kamis (26/7).
Wifanto menjelasan, kanker usus besar patut mendapat perhatian karena kasusnya terus meningkat setiap tahun. Diperkirakan penderita baru mencapai 1,4 juta orang di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker usus besar menjadi penyebab kematian pasien kanket nomor tiga di rumah sakit.
“Usia penderita kanker usus besar juga semakin muda. Jika sebelumnya banyak ditemui pada orang diatas usia 50 tahun, namun saat ini ada 30-35 persen penserita usia dibawah 50 tahun,” tuturnya.
Ditanya soal penyebab, Wifanto menyebutkan ada 3 faktor yaitu genetik atau keturunan. Ia mengingatkan pentingnya mengetahui riwayat kesehatan dalam keluarga guna pencegahan dini. Faktor kedua adalah kebiasaan makan yang salah, seperti kurang serat, junk food dan makanan banyak mengandung pengawet.
“Faktor ketiga yaitu terjadinya infeksi dalam usus besar yang menimbulkan kerusakan sel,” ujarnya.
Dijelaskan, kanker usus besar diawali dengan pertumbuhan sel pada lapisan usus paling dalam (mukosa) yang disebut polip adenoma. Pada stadium awal, polip adenoma dapat diangkat dengan mudah. Pasien bisa kembali sehat.
“Sayangnya penderita baru berobat setelah kondisinya sudah menjadi kanker ganas, yang memakan waktu 5-10 tahun. Proses pengobatan menjadi lebih rumit dan berbiaya mahal,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Wifanto, pentingnya melakukan deteksi dini. Pemeriksaan dilakukan melalui berbagai cara, antara lain CT Scan pada bagian perut, kondisi darah dalam tinja, jika hemoglobin dibawah 10 dan tindakan memasukkan kamera dalam usus untuk melihat kondisi usus besar (kolonoskopi).
Berkat teknologi kedokteran yang makin canggih, kata Wifanto, upaya dilakukan lewat operasi laparoskopi dengan minimal sayatan untuk memasukan instrumen bedah. Ukuran tak lebih besar dari ruas jari. Dengan demikian, pasien bisa sembuh lebih cepat.
“Usus besar yang dibuang sekitar 30 cm, dari total panjang 1,5 meter. Setelah operasi, pasien akan lebih sering BAB. Tapi setelah 2 minggu, tubuh beradaptasi sehingga BAB kembali normal seperti sebelumnya,” kata Wifanto menandaskan. (Tri Wahyuni)