JAKARTA (Suara Karya): Lembaga Sensor Film (LSF) mengajak warga Tangerang membangun Budaya Sensor Mandiri lewat acara nonton bareng (nobar) film ‘Gaza Hayya 3’ di bioskop Tangcity XXI, Kota Tangerang, Senin (22/6/25).
“LSF akan terus menggalakkan Budaya Sensor Mandiri, sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilah tontonan sesuai nilai-nilai budaya, etika dan usia penonton,” kata Ketua LSF, Naswardi dalam sambutannya.
Acara dibuka oleh Anggota Komisi I DPR RI Habib Idrus Salim Aljufri, dan dihadiri Ketua Subkomisi Sosialisasi LSF, Titin Setiawati; dan aktor film Gaza Hayya 3, Adhin Abdul Hakim.
Ketua LSF Naswardi menjelaskan, pesatnya kemajuan teknologi, akses masyarakat terhadap tontonan film semakin mudah, terutama melalui jaringan teknologi informatika.
“Karena itu, penting bagi individu untuk memiliki kesadaran dalam memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia,” ujarnya.
LSF juga ingin menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab dalam menyaring tayangan yang dikonsumsi, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar, terutama anak-anak dan remaja.
“Kami ingin masyarakat tak hanya menjadi penikmat film, tetapi juga memiliki kesadaran kritis terhadap isi tayangan. Budaya sensor mandiri harus tumbuh dari keluarga, komunitas, dan lingkungan,” ucapnya.
Naswardi kembali menegaskan, inisiatif itu merupakan bagian dari komitmen LSF dalam menciptakan ekosistem perfilman yang sehat, edukatif, dan berdaya saing di tingkat nasional.
Dipilihnya film Gaza Hayya 3, Naswardi mengatakan, hal itu merupakan bentuk dukungan terhadap film karya anak bangsa, sekaligus dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
“Film Gaza Hayya 2 dipilih karena mengandung pesan kemanusiaan yang kuat dan mampu membangkitkan empati. Diharapkan hal itu dapat memperkuat nilai-nilai kemanusiaan,” katanya.
Hal senada dikemukakan Habib Idrus Salim Aljufri. DPR RI menilai pentingnya LSF dalam menjaga kualitas tayangan di tengah derasnya arus informasi dan hiburan digital.
“DPR RI berkomitmen penuh untuk terus mendukung kinerja dan langkah strategis LSF, agar mampu membangun dan memperkuat ekosistem tontonan publik yang semakin baik, sehat, dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” ucapnya.
Kegiatan diikuti 120 orang peserta yang terdiri dari berbagai unsur lapisan masyarakat, mulai dari anggota majelis taklim, organisasi kepemudaan, komunitas film, komunitas UMKM, dosen, guru, mahasiswa, serta siswa sekolah setempat, dan media.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara lembaga, pelaku industri perfilman, dan masyarakat dalam membangun ekosistem tontonan sehat.
Diharapkan masyarakat, khususnya di Tangerang, dapat menjadi bagian dari agen perubahan dalam menyebarkan semangat sensor mandiri.
Dengan budaya sensor mandiri yang kuat, masyarakat akan lebih kritis, bijak, dan bertanggung jawab dalam mengonsumsi serta menyebarluaskan konten audio-visual.
Yang tidak kalah penting, penguatan budaya sensor mandiri bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga, tetapi sebuah gerakan bersama, demi terciptanya ruang tontonan yang sehat dan berkualitas bagi semua lapisan masyarakat. (Tri Wahyuni)