Suara Karya

Menteri PANRB Dorong ASN Perangi Radikalisme

Menteri PAN-RB, Tjahjo Kumolo. (suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) mendorong aparatur sipil negara (ASN) kembangkan inovasi baru untuk memerangi paham radikalisme di Tanah Air.

“Hingga kini, masalah kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah paham radikalisme. ASN bisa jadi pelopor perang melawan radikalisme,” kata Menteri PAN-RB, Tjahjo Kumolo dalam seminar bertajuk “Rancangan Proyek Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tahun 2020” yang digelar secara virtual, Kamis (11/6/20).

Untuk itu, Tjahjo mengajak lulusan PKN tingkat I untuk membuat inovasi melalui proyek perubahan. Proyek tersebut terkait penanganan radikalisme yang diperluas menggunakan platform digital.

“Ada satu proyek yang ditawarkan yaitu aplikasi ‘ASN No Radikal’. Aplikasi itu merupakan pengembangan dari portal aduanasn.id yang berlaku mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah,” ucapnya.

Tjahjo menyambut baik ide pembuatan aplikasi tersebut. Ia menekankan pentingnya integrasi sistem dalam pengembangan aplikasi. Dan yang tak kalah penting adalah data aplikasi dari kedua sistem, baik yang akan dibangun maupun di situs aduanasn.id.

“Jika sistemnya terintegrasi, diharapkan tidak terjadi ‘silo-system’ dalam penanganan radikalisme,” kata Tjahjo menegaskan.

Hal senada dikemukakan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Adi Suryanto. Katanya, jika ingin aplikasi berjalan dengan baik maka dibutuhkan kolaborasi dengan ‘stakeholder’ lainnya.
Kolaborasi diharapkan dapat mewujudkan pemerintah yang terbuka.

“Ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua, bagaimana mengesampingkan ego sektoral agar produk ini bisa dijalankan bersama. Sehingga memberi manfaat yang lebih luas,” katanya.

Adi menilai, tidak hanya pengembangan aplikasi yang butuh perhatian, tetapi bagaimana ‘menjual’ aplikasi itu kepada ‘stakeholder’. Pemerintah harus memiliki cara berkomunikasi yang baik, agar aplikasi dapat dipergunakan secara optimal.

“Kadang inovasi sudah bagus, tapi jika cara ‘menjual’ kurang baik, maka hasilnya menjadi tidak maksimal,” kata Adi menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts