JAKARTA (Suara Karya): Belajar dalam jaringan (daring) di masa pandemi corona virus disease (covid-19) masih menjadi tantangan bagi orang tua, siswa dan guru. Tak hanya masalah teknis, tetapi juga problematika lain yang cukup menguras energi.
Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti menawarkan 6 strategi pembelajaran yang dipercaya bisa menjadi solusi menyenangkan untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi. Solusi semacam itu diperlukan, agar siswa menyerap ilmu yang diberikan selama PJJ secara optimal.
“Belajar daring bisa menyenangkan siswa, jika dikombinasikan dengan beragam kegiatan, seperti mengerjakan lembar kegiatan positif, menonton video, membaca buku cerita yang relevan, permainan interaktif, prakarya hingga eksperimen mandiri lewat alat dan bahan yang tersedia di rumah,” tuturnya.
Ditambahkan, pengaturan waktu dan disiplin dalam belajar menjadi kunci dalam keberhasilan skema pembelajaran jarak jauh. “Sebelum mulai, buatlah kesepakatan lebih dulu dengan anak terkait belajar mandiri. Karena membangun rutinitas belajar dalam PJJ adalah kunci keberhasilan,” ujarnya.
Laksmi menyebut dua strategi yang harus dilakukan sekolah, yaitu menumbuhkan rutinitas dalam pembelajaran jarak jauh kepada semua murid. Selain memastikan bahwa pembelajaran jarak jauh yang dilakukan siswa selalu menyenangkan dan bermakna.
Selain dua strategi itu, lanjut Laksmi, orang tua juga harus membuat kesepakatan bersama tentang jam belajar dan bentuk bantuan yang dibutuhkan. Di SMM, sekolah selalu menekankan bahwa murid tetap menjadi nahkoda dalam pembelajaran mereka.
“Orang tua dan guru hanya fasilitator yang membantu siswa menyukseskan pembelajaran yang sudah dirancang,” katanya.
SMM memiliki 6 program belajar yang dilakukan siswa selama masa pandemi covid-19. Pertama, ‘Belajar Live’ menggunakan platform digital yang ada seperti Sekolah.mu, buku belajar murid, kit belajar atau kombinasinya. Kegiatan itu difasilitasi guru dan tetap didampingi orang tua.
Kedua, program belajar mandiri di rumah dengan orang tua sebagai fasilitatornya. Pembelajarannya sama seperti program ‘Belajar Live’. Ketiga, program refleksi atas pembelajaran yang dilakukan siswa di SMM seperti tantangan yang dihadapi, keterampilan yang dikembangkan, rencana serta strategi yang akan dilakukan.
Keempat, program elektif yang mempersonalisasikan program belajar sesuai dengan minat dan bakat sang anak. Tiap siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi secara luas terkait aspirasi kariernya di masa depan.
Kelima, program sesi ‘homeroom’ yang bertujuan agar wali kelas membantu murid merancang target dan strategi belajar mingguan. Sesi itu menjadi wadah bagi murid untuk bercerita tentang perasaan dan pengalaman yang dialaminya, baik berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap pembelajaran.
Keenam, program field trip yang dilakukan di suatu tempat bersama narasumber ahli untuk memperdalam pembelajaran dengan cara yang menyenangkan serta memberi pengalaman baru bagi siswa. Selama pandemi, SMM menghadirkan kegiatan field trip secara virtual.
“Selama pandemi, SMM memaksimalkan efektivitas belajar dengan memanfaatkan fitur yang bisa diakses secara daring dan melibatkan orang tua untuk secara aktif menjadi fasilitator belajar anak,” kata Laksmi. (Tri Wahyuni)