JAKARTA (Suara Karya): Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti bekerja sama James Cook University Australia membahas arah baru dalam penelitian bidang pariwisata. Kerja sama ini sekaligus memberikan strategi bagi dosen dan peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian pariwisata kelas dunia.
Salah satu program kerjasama ini adalah dengan diselenggarakannya International Tourism Research Webinar dengan topik “Rejecting Myths: Stories from Tourism Research Journeys”.
Webinar International yang digelar pekan lalu itu menghadirkan pembicara dari James Cook University, Profesor Philip L. Pearce, Dr Denis Tolkach, dan Dr Hera Oktadiana, CHE, dosen STP Trisakti yang juga Adjunct Senior Lecturer di James Cook University, serta Dr Walanchalee Wattanacharoensil dari Mahidol University International College Thailand.
Webinar yang dihadiri oleh sekitar 1,200 peserta dari 34 negara dan region di Asia, Australasia, Oceania, Afrika, Europa, dan Amerika itu dibuka Ketua Badan Pengurus Yayasan Trisakti, Djanadi Bimo Prakoso.
Selanjutnya, pemaparan singkat oleh Academic Head Management, Governance & Tourism James Cook University Australia, Dr Alf Kuilboer dan Dr Myrza Rahmanita yang menjabat sebagai Kepala Departemen Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.
Acara yang disiarkan secara live streaming di kanal Youtube itu ditutup Ketua STP Trisakti, Fetty Asmaniati.
Dalam acara yang berlangsung lebih dari 2 jam itu, keempat pembicara itu banyak membahas beberapa mitos terkait penelitian dan publikasi di jurnal pariwisata internasional bereputasi. Hal itu membuat peneliti dari kampus di banyak negara yang merasa “kalah sebelum berperang”.
Seperti dikatakan Prof Philip L Pearce, penelitian yang bagus bisa dilakukan tanpa harus dana berlebihan. Upaya itu bisa dilakukan lewat kerja sama dengan perguruan tinggi asing yang banyak memiliki publikasi di jurnal internasional bereputasi.
“Penelitian bersama ini penting, karena peneliti bisa saling berbagi pengetahuan. Pengalaman ini nantinya bisa dibagikan ke sesama peneliti di kampusnya. Hal itu bisa mendorong keberanian untuk mulai mitra untuk membuat penelitian bersama,” katanya.
Prof Pearce mengingatkan pada para peneliti untuk tidak terperangkap dalam ide-ide yang sudah lama dan umum. “Carilah ide-ide yang inovatif dan kreatif, yang membuat peneliti dunia mulai memperhatikan para peneliti baru. Cara ini juga bisa membuka peluang kerja sama dalam bidang penelitian,” ujarnya.
Ditambahkan, banyak metode baru dapat diterapkan untuk penelitian mengenai wisatawan dan pariwisata. Sehingga hasil penelitian terlihat lebih “segar” dan menarik perhatian para pihak untuk membahas masalah tersebut.
Hal senada dikemukakan peneliti dari Thailand Dr Walanchalee Wattanacharoensil. Katanya, penelitian mendalam tak harus terpaku pada penggunaan statistik yang canggih. Analisa terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain juga sangat bermanfaat.
Ia juga mengingatkan pentingnya membangun kolaborasi dengan para peneliti/akademisi serta pelaku industri dari berbagai negara dan wilayah. Karena tidak ada jalan pintas untuk melakukan penelitian dan publikasi. “Setiap orang harus kerja keras,” ucapnya menegaskan.
Dr Denis Tolkach mengemukakan pentingnya menggunakan teknik-teknik yang kreatif dalam melakukan penelitian di bidang pariwisata.
Sedangkan Dr Hera Oktadiana meminta pada para dosen yang tertarik menjadi peneliti untuk menulis sesuatu yang bermanfaat, mengacu kepada “So What Question”. Dengan demikian, tumbuh sesuatu yang baru atau novelty, original dan berguna bagi orang lain. (Tri Wahyuni)