Suara Karya

Tanoto Foundation Menginisiasi Simposium Pengembangan PAUD

JAKARTA (Suara Karya): Tanoto Foundation menginisiasi gelaran ‘International Symposium on Early Childhood Education and Development’ 2024 yang digelar di Jakarta, Rabu (20/11/24).

Simposium dihadiri pejabat dan para ahli seperti Rektor Universitas YARSI yang juga Chair ECED Council Indonesia, Fasli Jalal; Dirjen Kesehatan Masyarakat, KemKes, Maria Endang Sumiwi; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi; Country Head, Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma.

Hadir pula Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum; ECD Specialist of UNICEF EAPRO, Ana Maria Rodriguez; dan Program and Partnership Specialist ARNEC, Neelima Chopra.

Mengambil tema ‘Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif’, simposium bertujuan untuk berbagi pengetahuan, hasil riset terkini dan praktek baik, serta menyeleraskan pemikiran dan perencanaan program pengembangan dan pendidikan anak usia dini.

Materi mengacu pada kerangka Nurturing Care Framework (NCF) atau dikenal sebagai Pengembangan Anak Usia Dini Holistik dan Integratif (PAUD HI).

Kerangka NCF juga digunakan untuk membantu negara-negara dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang terkait anak usia dini seperti peningkatan gizi, pengurangan angka kematian bayi, akses universal ke pendidikan pra-sekolah yang berkualitas, dan pencegahan kekerasan terhadap anak.

Simposium diharapkan, dapat mendorong arah kebijakan pemerintah dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) PAUD HI tahap kedua untuk periode 2025-2029.

“RAN PAUD HI ini akan menjadi panduan penyelenggaraan layanan di tingkat pusat dan daerah agar lebih baik lagi dan sesuai dengan standar internasional,” kata Menteri PPPA, Arifah Fauzi saat membuka simposium, Rabu (20/11/24).

Saat ini Kementerian PPPA memiliki beberapa program unggulan seperti Ruang Bersama Merah Putih, yang menjadi wadah pemenuhan hak serta perlindungan perempuan dan anak di tingkat desa, call center untuk kekerasan anak dan perempuan yaitu Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129, serta basis data Satu Data Gender dan Anak.

Program-program unggulan itu juga menyasar usia dini. “Apresiasi kami berikan kepada Tanoto Foundation yang menginisiasi simposium ini,” tuturnya.

Ia berharap simposium menjadi momen penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, masyarakat dan lembaga internasional dalam mendukung pengembangan anak usia dini holistik integratif.

Hal senada disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Woro Srihastuti. Ia menyebut ada potensi sinergi antar-lembaga melalui Ruang Bersama Merah Putih.

“Mekanisme disiapkan untuk implementasi 2025-2029. Salah satu hal penting adalah merumuskan kembali instrumen pengukuran PAUD HI, karena selama ini hanya ada satu yaitu Early Childhood Development Index (ECDI). Butuh dirumuskan lagi turunan ECDI yang berguna untuk masing-masing lembaga mengukur setiap komponen PAUD HI,” kata Woro.

Sementara itu, Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma mengatakan, 1000 hari pertama pada anak adalah masa perkembangan otak yang paling pesat, yang tidak akan terulang di kemudian hari.

“Hampir 80 persen perkembangan otak terjadi di 3 tahun pertama dan puncak perkembangan visual sensori, pendengaran, bahasa, dan kognitif terjadi di 1 tahun pertama. Jika gagal mengintervensi periode emas anak, maka dampaknya signifikan bagi masa depan anak,” ujar Inge.

NCF dan PAUD HI telah memberi panduan yang jelas untuk memastikan anak usia dini tumbuh dan berkembang secara optimal.

Pengembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) penting, karena PAUD bisa menjadi fondasi keberhasilan anak di kemudian hari. Keberhasilan itu juga akan memutus mata rantai kemiskinan serta meningkatkan produktivitas ekonomi.

“Pendidikan yang berkualitas adalah hak asasi setiap anak. Hak ini harus dipenuhi sejak usia dini, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemenuhan juga berdampak besar pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan,” tuturnya.

Pengembangan PAUD hingga kini masih menghadapi tantangan. Salah satunya, banyak yang mengartikan tumbuh kembang anak usia dini hanya sebatas isu kesehatan dan gizi. Anak usia dini juga butuh pengasuhan yang responsif, stimulasi yang cukup, serta perlindungan.

Koordinasi penyedia layanan yang melibatkan banyak sektor juga belum optimal. Penyedia layanan masih berdasar pada segmentasi kepentingan setiap sektor belum sebagai sebuah layanan yang menyeluruh (holistik) dan terintegrasi.

Simposium yang melibatkan pemerintah, akademisi, badan dunia, lembaga non pemerintah, asosiasi profesi, praktisi, media diharapkan menjadi fondasi peningkatan kesadaran berbagai pemangku kepentingan anak usia dini dan bergerak bersama, serta mendorong pengembangan anak usia dini menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional.

Hadir sebagai pembicara untuk berbagi pengetahuan wakil-wakil dari Kemenko PMK, KemenPPN/Bappenas, KemenKes, Badan Gizi Nasional, UNICEF EAPRO, UNICEF Indonesia, WHO, The World Bank, ARNEC, SEAMEO CECCEP, Ishk Tolaram, Tulodo, UPTD PPA Depok dan Tanoto Foundation. (Tri Wahyuni)

Related posts