Suara Karya

Bayangan Resesi 2023, Investor Saham Harus Tahu 4 Hal ini!

JAKARTA (Suara Karya): Investasi saham di tengah kekhawatiran akan resesi global terbilang cukup riskan. Karena besar kemungkinan pasar modal terjerembab mengikuti jatuhnya perekonomian di sebuah negara.

“Di saat seperti ini, investasi saham cenderung lebih berisiko. Karena pasar saham rentan akan tekanan jual saham ketika suku bunga naik,” kata pakar ekonomi Universitas Pertamina, Elan Nurhadi, di Jakarta, Jumat (11/11/22).

Hal itu merujuk pada laporan The New York Times, dimana para investor beramai-ramai melego saham setelah bank sentral di berbagai negara mulai meningkatkan suku bunga guna meredam inflasi. Kenaikan suku bungan berimbas pada anjloknya indeks harga saham dunia.

CNBC Indonesia menyebut pada September 2022 lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah hingga angka 7.151,31. Hal itu buntut dari karamnya pasar saham Amerika Serikat (AS), akibat keputusan bank sentral AS.

“The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin,” ujarnya.

Kondisi itu juga berdampak kepada kenaikan suku bunga acuan di Indonesia sebesar 50 basis poin dan berisiko pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Melihat kondisi investasi saham yang tidak aman, Elan bersama
alumni Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina, Siti Meilina Nuryassin melakukan penelitian berjudul ‘Pengaruh Literasi Keuangan dan Risk Tolerance Terhadap Keputusan Investasi Saham.

Penelitian mengacu pada kejadian di Galeri Investasi yang dikembangkan Universitas Pertamina.

Hasil penelitian mengungkapkan, tingkat literasi keuangan yang tinggi pada individu menandakan semakin baik pengetahuan, perilaku dan sikap keuangannya.

“Literasi keuangan yang baik dapat membantu individu untuk memahami pengetahuan dasar tentang keuangan, tabungan dan investasi, risiko keuangan, serta tentang pasar modal,” kata Siti yang saat ini berkarir di PT Elnusa Petrofin.

Siti melanjutkan, penelitian juga menemukan keputusan investasi saham secara parsial dipengaruhi oleh risk tolerance atau kemampuan investor dalam menghadapi risiko investasi.

“Semakin rendah toleransi investor terhadap risiko, investor cenderung akan lebih memilih berinvestasi pada instrumen investasi risiko rendah seperti deposito,” katanya.

Sebaliknya, jika investor memiliki toleransi tinggi, maka cenderung berinvestasi pada instrumen investasi risiko tinggi seperti saham.

Bagi masyarakat yang tetap ingin berinvestasi saham, Elan memberi tips untuk memilih saham yang tidak rentan terdampak resesi. Pertama, pelajari laporan keuangan perusahaan.

“Lewat laporan keuangan, investor dapat mengetahui jumlah utang, arus kas, dan profit sebuah perusahaan,” kata Elan.

Investasi, lanjut Elan, juga bisa dilakukan di industri barang konsumsi dasar, karena industri itu cenderung stabil saat terjadi ketidakpastian ekonomi.

Sebagian ahli juga berpendapat, akan lebih baik jika investor mengurangi investasi saham dan bersiap untuk ‘penjualan besar-besaran’.

Universitas Pertamina memiliki fasilitas Galeri Investasi bagi mahasiswa yang memiliki minat pada saham. Melalui Galeri Investasi, mahasiswa Universitas Pertamina dapat mengasah kemampuan dalam mengelola saham.

Mahasiswa diajarkan dasar-dasar saham mulai dari tips pemilihan perusahaan sekuritas, strategi investasi dan trading saham, dan analisis risiko saham. (Tri Wahyuni)

Related posts