Suara Karya

Gandeng Kalbe, Sukhavita Clinic Tawarkan Terapi Stem Cell yang ‘Sebenarnya’

JAKARTA (Suara Karya): Pelopor layanan premium wellness di Indonesia, Sukhavita Clinic meluncurkan terapi stem cell (sel punca) yang sebenarnya, karena produk yang digunakan memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM RI.

“Kami pakai produk Regenic, karena Kalbe dikenal pionir dalam pengembangan terapi sel di Indonesia,” kata Pendiri Sukhavita Clinic, dr Fanny Imannuddin, M.Biomed (AAM) disela acara peluncuran di Jakarta, Rabu (11/6/25).

Hadir dalam kesempatan sama, Presiden Direktur PT Bifarma Adiluhung (anak perusahaan Kalbe Group), Sandy Qlintang, M.Biomed; serta pakar dan profesional di bidang kedokteran regeneratif.

Dr Fanny menjelaskan, layanan stem cell di Sukhavita Clinic merupakan bagian dari program regenerasi, yang dirancang untuk mengatasi gangguan kesehatan, menjaga kebugaran tubuh, mencegah cedera, serta memperbaharui sel-sel tubuh secara alami.

Mengusung filosofi ‘holistic healing’, Sukhavita menyinergikan ‘regenerative medicine’ dan ‘functional medicine’ untuk kualitas hidup yang optimal bagi pasien secara fisik, mental dan emosional.

“Puncak kesehatan adalah saat tubuh dapat melakukan regenerasi secara optimal. Terapi stem cell ini tak hanya memulihkan, tetapi juga upaya nyata menuju hidup yang sehat, seimbang, dan bahagia,” katanya.

Kemitraan Sukhavita dan Regenic, menurut dr Fanny, menjadi penting karena dapar memperluas akses masyarakat terhadap terapi stem cell dan produk turunannya yang berkualitas, aman, dan berbasis bukti ilmiah.

Terkait Regenic, Presdir PT Bifarma Adiluhung, Sandy Qlintang menjelaskan, pengambilan sel punca dapat diambil dari berbagai sumber, seperti sumsum tulang, jaringan lemak, atau dari jaringan lain yang mengandung sel punca.

Prosedur pengambilan sel punca dilakukan oleh dokter yang berpengalaman, dan prosesnya dapat bervariasi tergantung pada sumber sel punca yang digunakan.

“Setelah diambil, sel tersebut akan diolah di laboratorium Regenic Kalbe untuk memastikan kualitas dan keamanan sel punca yang akan digunakan untuk terapi,” tuturnya.

Pengolahan itu melibatkan proses isolasi, pemurnian, dan aktivasi sel punca agar lebih efektif dalam membantu proses pemulihan.

Setelah diolah, sel punca akan disuntikkan kembali ke tubuh pasien melalui prosedur medis yang sesuai dengan kondisi pasien.

Lokasi penyuntikan bervariasi tergantung pada kondisi yang ingin diobati. Misalkan, penyuntikan langsung ke area tulang yang rusak atau penyuntikan ke area jaringan yang mengalami kerusakan.

“Setelah penyuntikan, sel punca akan mulai bekerja untuk memperbaiki dan memulihkan jaringan yang rusak. Sel punca memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, termasuk sel tulang, sel otot, dan sel kulit, tergantung pada kebutuhan tubuh,” tuturnya.

Soal biaya, dr Fanny mengakui, harganya masih mahal. Karena stem cell yang disuntikan jumlahnya 2 kali lipat dari berat badan. Selain itu, pasien harus mengikuti rangkaian pemeriksaan untuk melihat kelayakannya.

“Sebelum terapi, pasien harus menjalani pemeriksaan. Besaran biayanya beda-beda, tergantung treatment yang akan dijalani,” kata dr Fanny sambil ‘membocorkan’ terapi stem cell di kisaran Rp200 juta.

Sandy Qlintang mengingatkan masyarakat untuk tidak tergiur terapi stem cell dengan biaya murah. Dikhawatirkan, produk yang digunakan dari luar negeri itu tidak diketahui asal usulnya.

“Beda dengan Regenic, yang sudah bersertifikat BPOM. Kualitasnya tidak diragukan,” kata Sandy menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts