Suara Karya

Program Internasional IP Trisakti, Bekerja di Luar Negeri Tak Lagi Sekadar Impian!

 

JAKARTA (Suara Karya): Vivi Sanly (22), perempuan asal Singkawang, Kalimantan Barat mengaku bangga telah memilih Program Internasional Institut Pariwisata (IP) Trisakti untuk menimba ilmu. Karena prestasi yang diraihnya hari ini melebihi harapan.

Ia tak hanya mendapat pengalaman kerja secara global, tetapi juga meraih impiannya bekerja di hotel bintang 5, yaitu di Bel Etage, The St. Regis Jakarta.

“Senang rasanya bisa meraih cita-cita yang diimpikan sejak kecil,” kata Vivi dalam acara talkshow bertajuk ‘Pendidikan Pariwisata Menyatukan Dunia’ yang digelar IP Trisakti, di Jakarta, Sabtu (5/6/25).

Acara yang dibuka Rektor IP Trisakti, Fetty Asmaniati itu menghadirkan narasumber lain, yaitu Manajer Hotel Mandarin Oriental Jakarta, Dominic Hengge; dan Perwakilan IMI Switzerland, Dedet Hidajat.

Hadir pula dalam acara promosi program internasional itu, Duta Besar Serbia untuk Indonesia, H.E, Mrs Ivana Golubović-Duboka; Konsulat Jenderal, Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kang Wonjoon; dan Konsul Kedutaan Besar Hungaria untuk Indonesia, Patricia Nora.

Vivi menjelaskan, pilihan kuliah jatuh ke IP Trisakti karena tahu perguruan tinggi pariwisata ternama itu memiliki program internasional yang akan menghantarnya untuk bekerja di tempat yang bagus.

“Saya tidak menyangka akan bisa sejauh ini. Dari kota kecil di Kalimantan Barat, lalu ke Jakarta, magang kerja di Shangrila Shanghai, China hingga akhirnya berkarir di The St. Regis Jakarta,” ujar mahasiswa angkatan tahun 2020 itu tersenyum bahagia.

Saat kuliah, Vivi mengikuti program double degree antara IP Trisakti dengan Guilin Tourism University (GTU), China. Mahasiswa mengikuti perkuliahan 2 tahun di IP Trisakti, lalu lanjut kuliah di GTU, China. Lanjut magang 6 bulan di Hotel Shangrilla, Shanghai, China.

“Proses magang diurus sepenuhnya oleh GTU. Kita cukup menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan tekad yang kuat untuk menjadi yang terbaik,” ujarnya.

Selama belajar di IP Trisakti, pihak kampus sudah menjanjikan dirinya akan dapat bekerja di hotel bintang 5. “Awalnya sempat merasa khawatir, karena perekonomian kita sedang tidak baik-baik saja. Namun ternyata kenyataannya melebihi ekspektasi. Jangan pernah ragu untuk berkuliah di IP Trisakti,” ucapnya.

Ditanya kenapa memilih China, padahal IP Trisakti memiliki kerja sama dengan kampus lain dari Switzerland, Korea, Malaysia dan Thailan, Vivi mengatakan, karena ia memiliki kemampuan berbahasa China saat duduk di sekolah menengah.

“Biar lebih mudah proses komunikasinya,” ucap Vivi singkat.

Kebanggaan serupa disampaikan Fajar Satria, orangtua dari Fendra Priyandika Satria, mahasiswa angkatan tahun 2022 yang saat ini tengah magang di Hotel Ritz Carlton, Shenzhen, China.

“Awalnya takut juga melepas anak yang baru duduk di semester 4 untuk magang keluar negeri. Suatu waktu, saya pernah kontak seharian, tapi tidak bisa,” ujarnya.

Tak lama, Fajar Satria mengurus sendiri kepergiannya ke Shenzhen. “Setelah sampai Shenzhen, anak saya cuma bisa tersenyum. Karena tidak menyangka ayahnya akan datang langsung ke hotel tempatnya magang,” kata Fajar Satria.

Ditambahkan, program internasional IP Trisakti telah mengubah pribadi anak saya ke arah yang positif. Sekarang dia lebih mandiri, terencana, gesit dan rajin. “Saya tak menyesal membayar biaya kuliah yang lumayan mahal untuk program,” ujarnya.

Sebelumnya, Rektor IP Trisakti, Fetty Asmaniati dalam sambutannya menjelaskan bahwa pihaknya sudah menjadi kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri seperti International Management Institute (IMI) Swiss, Guilin Tourism University Tiongkok, dan masih banyak lagi.

“Kami bersyukur, program internasional ini tak hanya mengirim mahasiswa ke luar negeri tapi juga menerima mahasiswa asing. Mudah-mudahan pendidikan pariwisata kita semakin maju, yang akan berdampak terhadap pariwisata di Tanah Air,” ujar Fetty.

Perwakilan IMI Indonesia, Dedet Hidayat menambahkan, sekolah perhotelan pertama di dunia berada di Swiss dan negara tersebut telah menjadi barometer bagi dunia termasuk Indonesia.

“Kami bekerja sama dengan IP Trisakti sejak 2007. Swiss merupakan sekolah terbaik di bidang hospitality. IMI berkomitmen kuat untuk berkolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi dunia dengan quality of education,” katanya.

Jika memilih program double degree dengan IMI Swiss, Dedet mengatakan, para mahasiswa akan mendapat manfaat yang banyak. Apalagi saat magang, Swiss memiliki value yang akan menjadi bekal untuk bekerja di bidang pariwisata.

Swiss juga terkenal dengan gaji yang cukup tinggi untuk program magang, yaitu Rp40-50 juta per bulan. Semua lulusan IMI juga diserap dengan baik oleh industri,” tuturnya.

Pemerintah Swiss juga membuka kesempatan bagi mahasiswa setelah magang, yaitu program professional selama 18 bulan dengan gaji penuh Rp60-70 juta,” tuturnya.

Sementara itu, Hotel Manager Mandarin Oriental Jakarta, Dominic Hengge menjelaskan, hal paling dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin bekerja di industri perhotelan adalah skill, terutama komunikasi.

“Kemampuan komunikasi yang mumpuni sangat penting, karena ada banyak orang berbeda yang harus dihadapi setiap harinya,” kata pria yang ingin dipanggil ‘Bapak Dom’ itu. (Tri Wahyuni)

Related posts