JAKARTA (Suara Karya): Ketua Umun Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), Ignatius Indro, menaruh harapan positif terhadap upaya memberangus mafia sepakbola di Indonesia. Dia mengatakan hal itu, setelah dirinya menyaksikan langkah Tim Satuan Tugas (Satgas) yang kini tengah bekerja memberantas pelaku pengaturan skor (mafia) sepakbola di tanah air.
“Semua pencinta sepakbola Indonesia punya harapan agar Satgas Polri nantinya juga bergerak memberantas seluruh mafia sepakbola hingga mafia kelas kakap. Kerja sama semua pihak tentu saja dibutuhkan agar kerja-kerja dari Satgas Antimafia ini tidak saja membongkar, namun juga menuntaskan ‘kanker’ dalam sepakbola Indonesia dan memprosesnya hingga ke pengadilan,” ujar Ignatius.
Karenanya, dia meminta Polri tidak ragu dalam menuntaskan kasus ini. Karena, katanya, apa yang dilakukan polri, merupakan murni proses penegakan hukum, bukan upaya untuk intervensi atau mengganggu kepengurusan sepakbola nasional.
“Kami memberikan dukungan terhadap kerja Satgas Antimafia bola ini, bahwa kita punya harapan yang sama kalau sepakbola bersih dari mafia sepakbola, pastinya prestasi itu akan mudah diraih,” ujarnya, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Dia mengatakan, seharusnya Satgas juga bisa mengusut pemain yang membuat permainan sepakbola tidak sehat dengan ikut mendapat aliran dana pengaturan skor.
“Ini seperti lingkaran setan, jadi keterlibatan (match fixing) tidak hanya di wasit saja, ada pemain juga yang saya pikir harus diusut. Ini tidak cuma satu sisi saja, saya pikir banyak yang terlibat terkait pengaturan skor,” ujarnya.
Sebab itulah dirinya berharap nantinya rekening wasit dan pemain sepakbola Tanah Air mendapat pengawasan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Supaya sanksi terhadap para oknum yang terlibat bisa ditetapkan secara pasti.
“Satgas juga harus kerja sama dengan PPATK misalnya, untuk menyelidiki rekening dari wasit, pemain, dan seluruh yang kemungkinan dianggap terlibat dalam kasus ini,” kata dia.
“Selain pidana juga tentunya dia (pelaku) tidak boleh lagi terlibat dalam sepabola, bahkan bisa seumur hidup. Ya karena dengan keterlibatan mafia-mafia sepakbola kembali (masuk) tentunya akan memperburuk citra sepakbola Indonesia itu sendiri,” katanya. (Gan)