Suara Karya

BRIN Temukan 49 Taksa Baru, Indonesia jadi ‘Surga’ Penelitian Biodiversitas

JAKARTA (Suara Karya): Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan 49 taksa baru selama 2023. Fauna mendominasi penemuan dengan jumlah 1 marga, 38 spesies dan 2 subspesies.

Penemuan lainnya berupa flora 7 spesies, dan mikroorganisme 1 spesies. Pengungkapan biodiversitas Nusantara melalui penemuan spesies baru, menjadi salah satu prioritas utama BRIN.

“Dengan penemuan 49 taksa baru ini dipastikan Indonesia akan menjadi ‘surga’ bagi penelitian biodiversitas,” kata Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Bayu Adjie dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) yang digelar BRIN, di Jakarta, Rabu (28/2/24).

Bayu Adjie dalam kesempatan itu didampingi Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Amir Hamidy.

Meski hanya bagian kecil dari cakupan riset biosistematika dan evolusi, Bayu Adjie menilai, penemuan jenis baru itu memiliki dampak besar dalam asesmen biodiversitas dan menarik perhatian publik.

Dalam mendukung upaya itu, BRIN membuat beragam skema pendanaan seperti Rumah Program dan Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi. “Lewat program ini, BRIN menargetkan ada 50 taksa baru yang akan ditemukan, termasuk dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme,” tuturnya.

Persiapan RIIM Invitasi Strategis Ekspedisi Biodiversitas Terestrial tahun ini akan difokuskan di Pulau Kalimantan.

Bayu menyebut, sekitar 96 persen spesies baru yang ditemukan merupakan spesimen asal Indonesia. Hal itu terjadi karena fokus penelitian yang kuat pada spesies-spesies di Indonesia, yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.

“Meski sudah dieksplorasi sejak zaman kolonial, masih banyak taksa yang belum terungkap di negeri ini, karena luasnya wilayah Indonesia dengan beragam ekosistem yang menjadi tempat penelitian biodiversitas,” kata Bayu.

Ditambahkan, Indonesia memiliki terestrial maupun akuatik begitu luas. Dengan demikian banyak tipe ekosistem, pulau-pulau, menjadi surga bagi penelitian biodiversitas.

“Negara-negara maju, rata-rata memiliki keanekaragaman hayati yang relatif rendah. Dengan SDM periset, anggaran dan infrastruktur yang maju bisa dianggap riset biodiversitas selesai di negaranya,” ucapnya.

Karena itu, Bayu melihat, negara maju mengincar negara-negara dengan biodiversitas tinggi yang kebanyakan adalah negara berkembang untuk bekerja sama dalam riset biodiversitas.

“BRIN menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri, seperti lembaga riset, universitas, dan NGO. Kolaborasi menjadi kunci untuk mengatasi kendala seperti SDM, anggaran dan infrastruktur dalam riset biodiversitas,” katanya.

Setelah penemuan taksa itu, Bayu menjelaskan langkah selanjutnya yang dilakukan BRIN adalah melakukan identifikasi dan studi lebih lanjut terhadap spesies baru tersebut.

Hal itu meliputi studi biologinya, pemanfaatan atau bioprospeksi, serta upaya konservasi jika diperlukan. Penemuan jenis baru membuka potensi baru dalam pemahaman BRIN akan keanekaragaman hayati.

“Untuk itu, perlu perlindungan dan pelestarian spesies baru tersebut, mengingat berbagai ancaman yang mereka hadapi,” ujar Bayu.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Amir Hamidy menjelaskan, proses pencarian dan identifikasi 49 taksa baru yang diumumkan baru-baru ini. Penemuan itu telah melalui rangkaian eksplorasi dan validasi spesimen yang ada.

Dalam menentukan sebuah taksa atau spesies merupakan taksa baru, Amir menekankan beberapa kriteria utama, termasuk karakter morfologi, molekuler, fisiologi dan ekologi.

Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan sebuah taksa baru sangat bervariasi, bisa kurang dari satu tahun atau bahkan lebih dari 30 tahun, tergantung sejauh mana penelitian manusia telah mempelajari taksa tersebut sebelumnya.

“Dalam proses identifikasi, metode DNA Barcoding menjadi alat yang sangat berguna. Menggunakan data sekuen DNA terkait, peneliti dapat membandingkan dengan cepat dan mem-validasi keberadaan taksa baru tersebut.

Amir juga membagikan pengalaman yang berkesan dalam penelitian dan eksplorasi biodiversitas di Indonesia. Menurutnya, setiap pengamatan menawarkan keunikan dan kekayaan keanekaragaman alam Nusantara yang memukau para peneliti. (Tri Wahyuni)

Related posts