Suara Karya

Dongkrak Minat Generasi Muda Tekuni MIPA, Pemerintah Harus Siapkan Beasiswa Khusus

JAKARTA (Suara Karya): Rendahnya minat generasi muda menekuni program studi MIPA (Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam) di perguruan tinggi, sebenarnya bisa disiasati dengan menyediakan beasiswa khusus.

“Mahasiswa hanya diminta belajar serius, biaya perkuliahan ditanggung oleh pemerintah,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) MIPAnet, Prof Dr Eng Kuwat Triyana dalam Rakernas MIPAnet 2025, di kampus UT Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Jumat (16/5/25).

Acara yang dibuka Rektor Universitas Terbuka (UT), Dr Mohamad Yunus itu juga dihadiri Dirjen Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang),Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Dr Fauzan Adziman secara daring.

Hadir dalam acara yang sama, Plt Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemdiktisaintek, Dr Berry Juliandi; Wakil Rektor Bidang Akademik UT, Rahmat Budiman, PhD; serta
Pimpinan FMIPA, FST, FSM dan Fakultas Biologi dari 53 perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang tergabung dalam MIPAnet.

Ketua Pelaksana Rakernas MIPAnet 2025, yang juga Dekan FST UT, Dr Subekti Nurmawati menjelaskan, Rakernas bertujuan memperkuat sinergi nasional dalam bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

“Hal itu penting, karena Indonesia masih dihadapkan pada rendahnya minat generasi muda terhadap bidang MIPA. Padahal, MIPA adalah ilmu-ilmu dasar yang menjadi pilar utama dalam mendorong kemajuan bangsa di era Revolusi Industri 4.0,” tuturnya.

Selain kendala biaya, lanjut Prof Kuwat Triyana, minimnya minat lulusan menekuni MIPA karena ada anggapan kalau belajar MIPA di perguruan tinggi itu sulit, sehingga lama lulusnya dan sulit mencari pekerjaan.

“Padahal banyak pekerjaan yang meminta syarat lulusan MIPA. Profesi aktuaria itu mintanya lulusan matematika. Ada beberapa perusahaan minta lulusan fisika, tapi stok terbatas,” kata Prof Kuwat yang juga Dekan FMIPA Universitas Gadjah Mada tersebut.

Soal momok kuliah MIPA sulit, Prof Kuwat mengatakan, hal itu sudah dicoba lewat kegiatan ‘pra-universitas’ dimana siswa bisa mengakses perkuliahan semester pertama secara daring. Kegiatan tersebut bekerja sama dengan ICE (Indonesia Cyber Education) Institute yang dikembangkan Universitas Terbuka.

“Siswa sekolah menengah atas (SMA) bisa mengakses perkuliahan dari bidang MIPA secara gratis melalui ICE. Jadi punya gambaran seperti apa kuliah MIPA di perguruan tinggi. Tidak menyeramkan kok,” tutur Prof Kuwat yang juga fisikawan tersebut.

Hal senada dikemukakan Rektor UT, Mohamad Yunus. Dalam sambutan pembukanya, ia mengungkap masih minimnya generasi muda yang memilih prodi bidang STEM di UT.

“Dari total 620.000 mahasiswa UT aktif, baru sekitar 40 ribu yang mengambil prodi bidang STEM,” katanya.

Ia berharap angka itu terus bertambahkan setiap tahun. UT menargetkan penambahan mahasiswa baru pada tahun perkuliahan 2025/2026 hingga menjadi 700.000 orang.

“Dari jumlah itu, 10 persen mahasiswa memilih prodi bidang STEM sudah bagus sekali. Semoga upaya yang dilakukan MIPAnet bisa mendorong minat generasi muda kita terhadap prodi-prodi STEM,” tuturnya.

Hasil dan Komitmen Bersama dari Rakernas 2025 MIPAnet menyepakati beberapa rencana aksi konkret, antara lain, pembentukan konsorsium riset MIPA nasional untuk isu-isu strategis; peluncuran program ‘MIPA Masuk Desa’ untuk pengabdian berbasis sains.

Selain percepatan digitalisasi pembelajaran dan pelatihan dosen MIPA se-Indonesia.

MIPAnet juga menegaskan perannya sebagai jejaring nasional yang aktif mendorong penguatan sains dasar dalam menghadapi tantangan masa depan.

Seluruh peserta berkomitmen untuk menjadikan MIPA sebagai kekuatan utama dalam membangun SDM unggul dan inovatif di Indonesia.

Rakernas juga menjadi ajang sinergi antar akademisi dan pemangku kepentingan untuk menyusun arah kebijakan pendidikan MIPA dalam konteks pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. (Tri Wahyuni)

Related posts