JAKARTA (Suara Karya): Lembaga Pendidikan Antara menggelar pelatihan menulis kreatif untuk memperkuat literasi digital bagi para siswa, agar tak mudah terpapar hoaks di media sosial.
Pembicara kunci dalam pelatihan, Staf Khusus (Stafsus) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Ma’ruf El Rumi mengatakan, literasi digital menjadi penting di era media sosial yang rentan terhadap arus-arus disinformasi.
“Bicara soal pusat pendidikan, kini siswa tak lagi ada di seputar sekolah, guru dan masyarakat, tetapi juga media. Apalagi media sosial (medsos), tak terpisahkan,” kata Ma’ruf dalam acara yang digelar di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Senin (17/3/25).
Untuk itu, lanjut Ma’ruf, media harus bisa hadir sebagai penyeimbang medsos yang rentan menjadi sumber utama penyebaran arus disinformasi.
“Masyarakat justru lebih menempatkan medsos sebagai sumber utama informasi, yang rentan menjadi penyebaran arus disinformasi,” tuturnya.
Menurut Ma’ruf, ribuan disinformasi tersebar di berbagai medsos, tidak ada keseimbangan untuk memetakan mana informasi yang salah atau benar.
“Begitu ada klarifikasi, tidak muncul sama sekali karena yang berkembang hanya yang diinginkan oleh media sosial, engagement, belum sampai pada penjelasan detail yang sudah terkonfirmasi,” tuturnya.
Narasumber lainnya, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Ojat Darojat mengemukakan, pentingnya milenial dan gen-Z memiliki kecakapan digital melalui literasi teknologi.
“Mempersiapkan generasi muda, para milenial dan gen-Z, mereka harus punya kecakapan dalam teknologi, yaitu literasi teknologi. Literasi itu terkait dengan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan pembelajaran,” kata Ojat.
Ia juga menyebutkan pentingnya guru memiliki kompetensi hybrid-pedagogic atau kemampuan mengajar secara hibrida dengan memanfaatkan berbagai informasi yang tersedia dalam alam virtual.
“Hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran di sekolah, atau memanfaatkan informasi yang tersedia banyak di luar, di alam virtual itu harus diajarkan oleh guru kepada siswa. Karena kegiatan pembelajaran saat ini tidak cukup hanya dilakukan secara kompetisional dengan cara mengajar di ruang-ruang kelas,” ujar dia.
Direktur Pemberitaan LKBN Antara Irfan Junaidi menanyakan kepada para siswa, kapan terakhir kali mereka membaca buku sampai tuntas.
Puluhan siswa SMA yang hadir dalam acara tersebut mengaku mereka lebih sering menggulir atau scroll medsos ketimbang membaca buku atau berita.
“Padahal, kita perlu memahami bagaimana memilih konten di media sosial, karena di sana rentan terjadi disinformasi,” ucap Irfan.
Ditambahkan, media massa menjadi pilihan karena untuk memproduksi kontennya butuh proses kurasi yang panjang. Untuk itu, generasi muda sekarang perlu lebih banyak membaca buku dan media massa.
Irfan menegaskan, literasi digital sangat diperlukan agar para generasi muda, khususnya siswa, agar dapat menyaring serta memilah konten-konten mana yang tepat serta layak dikonsumsi.
Menurutnya, media massa memiliki keunggulan dari segi keberimbangan, karena telah melalui proses kurasi di redaksi dengan cukup ketat.
“Bagaimana informasi itu sebelum disiarkan mesti harus dicek dan dipastikan kebenarannya, harus berimbang, tidak boleh memfitnah, tidak boleh pornografi, tidak boleh menghasut,” katanya.
Dengan begitu banyak peraturan yang harus dilalui untuk bisa membagikan berita dan informasi, maka infornasi menyebar di masyarakat lebih terpercaya.
Pelatihan ‘Menulis Kreatif untuk Pelajar Generasi Emas’ oleh Antara Heritage Center terselenggara berkat dukungan dari Asuransi Jasindo, Pertamina EP, Bank Muamalat, dan Dompet Dhuafa. (Tri Wahyuni)