JAKARTA (Suara Karya): Organisasi teknologi nirlaba asal India, Wadhwani Foundation (WF) menawarkan platform teknologi berbasis AI (kecerdasan buatan) gratis bagi siswa SMK untuk meningkatkan soft skillnya, agar mampu bersaing di dunia kerja.
“Program ‘upskilling’ WF, yaitu JobRise dan JobReady berfokus pada pengembangan soft skill, yang menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan keragaman sektor pekerjaan,” kata Presiden dan Direktur Utama WF, Dr Ajay Kela kepada media, di Jakarta, Kamis (5/12/24).
Dalam kesempatan itu, Ajay Kela didampingi Vice President dan Country Director Wadhwani Foundation Indonesia (WFI), Daniel Tumiwa.
Pada kunjungan perdananya ke Indonesia, Ajay Kela menjelaskan,
materi pelatihan yang disiapkan dalam platform teknologinya dibuat semenarik mungkin dan terpesonalisasi.
“Bahkan, teknologi GenAI yang digunakan dalam platform WF sudah dibuat dalam bahasa Indonesia, agar mudah pengoperasiannya,” tuturnya.
Platform teknologi tersebut juga dipadukan dengan pendampingan langsung bersama fasilitator untuk menyelenggarakan simulasi dan kolaborasi secara tatap muka.
Ajay Kela mengungkapkan, program unggulan WF tersebut telah memberi dampak kepada jutaan orang di lebih dari 15 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
“Sejak didirikan 2001, Wadhwani Foundation melalui Wadhwani Skilling Network (WSN) dan Wadhwani Entrepreneurship Network (WEN) mengembangkan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan kemampuan (upskilling) bagi calon tenaga kerja dan tenaga kerja,” ujarnya.
Inisiatif tersebut juga digunakan untuk penguatan ekosistem wirausaha, guna mewujudkan kemandirian ekonomi dan mendorong kemajuan negara.
“WF melalui inisiatif WEN memberi dukungan pengetahuan dan strategi bisnis bagi para calon wirausahawan muda,” ucapnya.
Ditambahkan, WF belum lama ini meluncurkan inisiatif Wadhwani Charitable Foundation (WCF) yang berfokus pada penguatan lembaga penyedia layanan upskilling dan dukungan wirausaha melalui dana hibah.
“Lewat inisiatif ini, WF menargetkan 3 juta orang di Indonesia mendapat pekerjaan yang layak pada 2030,” ucap Ajay Kela.
Selama lebih dari satu dekade, WF memfasilitasi penerima manfaat untuk mendapat pekerjaan lebih cepat, serta membantu pemberi pekerjaan mendapat tenaga kerja yang berkualitas dan siap kerja.
Pada kesempatan yang sama, Daniel Tumiwa menyampaikan sejumlah dampak positif yang dirasakan sejumlah institusi pendidikan dari program-program WF yang dilaksanakan di Indonesia.
Saat ini WFI telah menjalin kerja sama dengan 76 universitas di seluruh Indonesia dengan total jumlah peserta 32.758 orang.
“Keselarasan misi Wadhwani Foundation dan Wadhwani Foundation Indonesia dengan Asta Cita yang digagas Presiden Prabowo Subianto merupakan bukti komitmen kami,” ucapnya.
Terutama pada Asta Cita Presiden Prabowo Subianto ketiga, yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.
Agenda terdekat WFI, lanjut Daniel, adalah memperkuat kerja sama dengan lebih banyak perguruan tinggi terutama mahasiswa semester akhir, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan lembaga vokasi, sehingga lulusan memiliki bekal lebih banyak untuk dapat pekerjaan setelah lulus.
Daniel mengaku WFI telah beraudiensi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia; Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). WF mendapat respons positif untuk inisiatif tersebut.
Inisiatif WCF mulai dijajaki di Indonesia untuk menguatkan lembaga dan perusahaan yang menyediakan layanan upskilling bagi tenaga kerja dengan dana hibah 1-5 juta dollar atau sekitar Rp15-75 miliar per institusi.
Dana hibah itu, menurut Daniel, dapat mengurangi biaya pelatihan yang harus dikeluarkan pemberi pekerjaan.
“Kami berharap bisa menjalin kerja sama dengan banyak lembaga pendidikan di Indonesia, agar lulusan siap dipekerjakan dan membuktikan kemampuannya di kancah global,” kata Daniel menandaskan. (Tri Wahyuni)